livechat

Senin, 30 April 2018

Memperkosa Atasanku Yang Galak


Cerita seks /cerita bokep / cerita mesum / cerita panas ., Cerita seks /cerita bokep / cerita mesum / cerita panas / cerita perkosaan

Aku baru saja lulus dari SMA dan aku segera mencari pekerjaan. Karena aku takut bosan kalau tidak punya kegiatan, mau meneruskan sekolah untuk masuk kampus. Orang tuaku sudah bilang kalau mereka tidak sanggup membiayaiku. Karena memang dulu aku termasuk dari keluarga mampu tapi berhubung perusahaan Papa mengalami kebangkrutan akhirnya kami bagai kembali dari nol lagi.

Namaku Theo dengan wajah yang mirip artis korea banyak yang menyarankan aku untuk menjadi model. Tapi karena tidak ada modal keuangan, akupun menepis semua impian itu. Penampilanku keren dan banyak gadis yang mencoba mendekati aku, mungkin karena kejadian yang menimpa keluargaku akhirnya aku menjadi cowok penyendiri. Padahal dulu aku sosok yang supel dan gaul pula.

Setelah beberapa kali mencoba melamar pekerjaan, dan tidak ada hasil. Akhirnya aku mendapat pekerjaan di sebuah kantor elite. Tapi bukan sebagai pekerja kantoran melainkan sebagai OB, mendapat panggilan dari perusahaan tersebut akupun langsung menerimanya. Bahkan aku mengatakannya pada Mama, dia tersenyum namun nampak dari matanya kalau dia sedih melihatku.

Karena dulu aku seorang anak yang begitu di manja. Apalagi aku merupakan anak tunggal dari Papa dan Mamaku, tapi aku tahu kalau aku tidak boleh egois dengan menyalahkan mereka maupun keadaan. Tapi aku harus bangkit menjalani hidup. Tapi seminggu aku bekerja, aku tidak pernah menduga kalau pekerjaan OB begitu melelahkan walau aku mencoba untuk tetap bersabar.

Apalagi Ibu Manajer di kantor tersebut, namanya Bu Dona yang begitu bawel dan sering juga memarahi bawahannya. Begitupun pada bawahan seperti aku, yang hanya seorang OB. Perempuan yang berumur sekitar 35 tahun itu begitu antagonis aku lihat, sering pula karyawan wanita di dalam kantor ini mendapat kemarahan dari Bu Dona. Sehingga mereka banyak bergosip di belakang Bu Dona.

Sebenarnya Bu Dona begitu cantik dan seksi, tapi kami selaku karyawannya tidak pernah melihat dia berhubungan dengan pria, apakah dia pernah melakukan sex atau lainnya. Entahlah kalau di luar kantor, hingga pada suatu hari ketika aku  berada di halaman parkiran mobil. Tiba-tiba aku mendengar Bu Dona memanggilku ” Hai OB…sini kamu.. ” Katanya tapi aku pura-pura tidak mendengar saat itu.

Padahal aku tahu kalau yang di maksud Bu Dona adalah aku, ketika aku bermaksud menghindar pergi dari tempat itu, dia berteriak lebih keras dan membuat aku akhirnya menoleh ke arahnya ” Sini..kamu..ini mobilku bannya kempes..jadi kamu ganti pake ban serep.. biar saya nungggu di dalam.. ” Akupun bilang ” Tapi saya tidak bisa ganti ban Bu… ” Dia memandangku.

Kemudian berkata ” Kalau nggak bisa..kamu bawa montir kemari..pokoknya saya tidak mau tahu..kalau selesai kamu bilang ke saya..saya tunggu di kantor..” Sebenarnya sore itu aku memang hendak pulang, karena jam kerjaku sudah selesai. Tapi emang nasibku lagi sial, bertemu dengan Bu Dona yang di kenal antagonis itu. Akhirnya akupun menelpon montir untuk mengganti ban mobil Bu Dona.

Setelah cukup lama, sampai aku bosan juga nungguin montir itu ganti ban. Di tambah hujan yang mengguyur sore itu, apalagi kantor sudah kelihatan sepi. Setelah selesai akupun membayar montir itu dengan uang pemberian Bu Dona tadi. Kemudian aku menuju ke ruangannya, aku tahu dimana letak ruangan BU DOna. Karena aku juga ada pengalaman pernah di maki ketika membersihkan lantai ruangannya.

Di dalam ruangan itu aku melihat Bu Dona sedang membuka laptopnya, aku intip apa yang dia baca. Dengan berada di sebelahnya aku dapat membaca kalau yang Bu Dona sedang membaca cerita dewasa di dalam laptopnya. Akupun sempat membaca sebelum Bu Dona melihat kedatanganku ” Oh..kamu sudah selesai mobil saya.. ” Akupun menjawab ” Ya bu… ” Diapun tidak berkata apa-apa.

Kecuali menyuruhku segera pergi dari ruangannya, saat itu juga aku pergi. Tapi sampai di lantai dasar aku tidak dapat keluar karena hujan begitu derasnya, sedangkan aku hanya bawa motor. Akupun berdiri di sana hingga terlintas dalam benakku untuk melakukan sex. Tapi dengan siapa aku juga tidak tahu, tiba-tiba mncul ideku untuk menghampiri Bu Dona.

Entah aku mendapat keberanian dari mana, dengan mantap aku langkahkan kakiku untuk menuju ruangan BU Dona. Sampai di depan pintunya aku masih berdiri, memikirkan apa akan ada orang yang masuk dalam ruangan Bu DOna. Setelah aku rasa tidak akan ada, karena hanya security yang aku lihat di pos penjagaan itupun dia tidak akan berani untuk masuk kedalam ruangan BU Dona.

Begitu aku buka pintu Bu DOna langsung berkata ” Ada apa OB.. ?” Tanyanya padaku masih dengan sikap sinisnya. Namun aku terus mendekatinya, begitu di depannya akupun memegang pundak Bu DOna terus menciumnya, dia menolak bahkan hendak berteriak. Seketika juga aku bungkam mulutnya dengan tanganku, dan aku ciumi seluruh wajah dan lehernya dengan penuh nafsu.

Kemudian aku buka bajunya dengan cepat, Bu DOna tidak dapat berbuat apa-apa. Karena aku mengancamnya sambil terus menciumnya ” Sudah…awas kamu… ” Katanya tapi tidak aku hiraukan. Aku doronng tubuh Bu DOna sampai dia terlentang di atas lantai, tanpa membuka bajuku aku telusuri bagian tubuhnya mulai dari wajah, leher sampai perut aku jilat perut sampai pudelnya.

Kemudian aku semakin kebawah dan kudapati memek yang begitu cantik. Dengan bulu yang tercukur rapi membuatku tidak jijik memandangnya, sejenak aku tatap memek itu dan langsung saja aku lumat dengan bibirku, kemudia aku telusuri memek Bu DOna sambil memainkan lidahklu di dalamnya ” OB jangan…” Seru Bu DOna padaku namun sepertinya dia menikmati juga.

Karena aku lihat matanya terpejam. Bahkan dia tidak lagi menghempas tanganku tapi malah melet-melet bibirnya sendiri, ketika melihat klitoris yang sudah menegang juga, aku hisap berkali-kali klitoris itu dan membuat Bu Dona mendesah “Aaauuggghh….OOOuuugghh….ayo…OB…oouugghhh.. ” Dari desahannya terdengar kalau ini bukan lagi pemerkosaan tapi memang sebuah permainan.

Lama aku jilat dan aku hisap memek Bu Dona, kemudian aku jilat sampai kepinggir memeknya saat itu juga dia membelalakkan matanya dan menjerit kecil bahkan tubuhnya sampai terbangun ” Sudah OB…ayo…masukkkan sa…yang… ” Katanya begitu terus terang. Akupun merangkak sambil membuka bajuku kemudian aku tindih tubuh mulusnya yang setiap hari memang menggoda.

Di saat itulah aku masukkan kontolku kedalam memeknya yang sudah basah oleh jilatanku. akupun bergerak ke atas dan ke bawah, dengan kedua tangannya Bu Dona memegang lenganku bahkan kini dia memandang wajahku. Akupun menatapnya penuh nafsu sambil terus menggoyang tubuhnya dengan pantat yang sesekali aku putar di atas tubuhnya. Bu Dona kembali menutup matanya.

Dia benar-benar menikamti permainan sexku. Dengan sekuat tenaga aku hentakkan kontolku kemudian menggoyangnya dengan cepat dan keras lagi, saat itulah kembali Bu DOna menjerit sambil mencakar-cakar punggungku ” Oouugggghh…ooouuugghh…ooouuuggghh….Sa..yang..nik…mat…ooouuugghh…aaagghh.. ” Dengan gerakan yang semakin kasar dan mantap aku mainkan memek BU DOna.

Kemudia aku  merasa kalau akan segera menumpahkan larva magmaku di dalam memeknya, semakin aku percepat gerakanku dan akhirnya Bleees..croooot….ccrroooottt saat itulah aku dekap tubuh Bu Dona yang bebearpa kali sudah mencapai kenikmatan juga, diapun membalas dekapanku bahkan dia mengapitkan kedua kakinya pada pinggangku, sehingga aku terkulai di atas tubuhnya.

Deru air hujan masih terdengar. Tapi kami sama-sama bermandikan keringat, Bu DOna mendekap tubuhku yang terlentang di sampingnya kemudian dia berkata dengan penuh kelembutan. Sungguh beda dengan sikapnya sehari-hari ” Mulai hari ini kamu nggak boleh terlihat dengan cewek lain.. ” Katany penuh manja, akupun menggodanya dengan berkata ” Emang kenapa..” Kataku.

Bu DOnapun menengadah dan menatap wajahku ” Pokoknya awas kamu..mulai malam ini kamu jadi milikkku… ” Aku masih menggodanya ” Lalu gimana dengan Bu Dona yang songong … ” Diapun tersenyum dan memeluk tubuhku lebih erat, akhirnya ini bukan lagi menjadi cerita pemerkosaan namun menjadi cerita dewasa yang menjadi awal bagi kami untuk terus melakukannya.

Minggu, 29 April 2018

Diperkosa Mertua Saat Bertamu

Cerita seks /cerita bokep / cerita mesum / cerita panas ., Cerita seks /cerita bokep / cerita mesum / cerita panas / cerita perkosaan

Pada suatu hari Norzalina dan suaminya, Ali, dikunjungi Pak Dollah. Pak Dollah yang berumur 53 tahun adalah ayah mertua Norzalina. Berbeda dengan Ali yang tampan dengan hidung yang mancung dan badan yang tegap, Pak Dollah lebih tampak gempal dan berotot. Sebuah codet bekas luka menyilang di pipi kirinya.

Norzalina, menantu pak Dollah, tak kalah rupawannya dengan Ali. Meskipun tidak terlihat seksi karena selalu berpakaian tertutup, perempuan ini memiliki bibir yang indah dan sepasang mata yang mampu mengguncangkan dada banyak laki-laki. Pasangan suami isteri yang baru menikah satu tahun yang lalu ini tentu sangat gembira dengan kedatangan pak Dollah yang telah bercerai dengan isterinya 6 tahun yang lalu. Terlebih lagi, meskipun Norzalina pernah bertemu dengan ayah mertuanya tersebut sebelumnya, tetapi pak Dollah tidak bisa hadir dalam pesta pernikahan mereka. Selama sepekan Pak Dollah tinggal di rumah Ali yang mengajar di sebuah sekolah yang berhampiran dengan rumahnya. Semua berjalan normal sampai terjadi tragedi di hari akhir pak Dollah dirumah Ali.

Tragedi itu bermula pada hari libur pasangan Ali-Norzalina. Namun, hari itu Ali mengajar satu kelas tambahan di sekolah dan akan bertandang ke rumah salah satu siswa hingga Ashar. Seperti biasa Norzalina menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya dan pak Dollah. Selepas menghantar suaminya ke muka pintu, Norzalina sempat berbincang dengan mertuanya. Kemudian dia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci baju.

Pak Dollah yang kebetulan hendak pula buang air tanpa sengaja melihat ‘pemandangan’ yang merangsang. Rupa-rupanya Norzalina lupa merapatkan pintu. Mata liar pak Dollah tak lepas melahap tubuh mulus Norzalina yang tengah mencuci baju. Seingat pak Dollah, dia tidak pernah melihat tubuh menantunya dalam keadaan terbuka dengan hanya terbalut kain setinggi dada. Tubuh mulus Norzalina yang semampai dengan tinggi 170-an, dengan kulit kuning langsat dan dada yang kencang membusung tersebut, selama ini selalu tertutup kerudung dan baju muslim yang rapat. Selain itu, menantunya terkenal dengan sifat sopan santun dan sangat menitikberatkan tentang soal penjagaan aurat. Malahan didalam rumah sekalipun menantunya tidak pernah menanggalkan kerudungnya melainkan ketika bersama suaminya saja.

Namun kini, kain tipis yang basah itu tak lagi mampu menyembunyikan kemolekan tubuh Norzalina dari tatapan penuh nafsu sang ayah mertua. Tak tertahan lagi, syahwat pak Dollah mengegelegak hingga ke puncak dan mendorongnya untuk membuka pintu kamar mandi yang hanya ¾ tertutup tersebut. Norzalina yang merasakan kehadiran orang lain sangat terperanjat ketika menoleh dan menyaksikan pak Dollah sedang mendorong daun pintu.

Secepat mungkin dia bangkit dan berusaha menutup pintu, hanya saja dia kurang gesit. Pak Dollah sudah berhasil masuk ke dalam kamar mandi dan mendorong tubuh menantunya tersebut ke pinggir bak sebelum mengunci pintu. Norzaina terdesak ke pojok dengan wajah ketakutan melihat seringai binal yang menghiasi wajah mertua yang selama ini terlihat pendiam dan sangat dihormatinya.

‘Aa..Aayah apa yang ayah lakukan ini? i?! tanya Norzalina dengan terbata-bata . Pak Dollah hanya tersenyum sinis sambil matanya meliar ke segenap jengkal tubuh menantunya. Tanpa berucap sepatah katapun, Pak Dollah mulai menanggalkan pakaiannya satu persatu.

Norzalina terpekik ketika melihat “batang’ ayah mertuanya yang hitam dan besar serta tegak mengacung ke arahnya. “A..ayah jangan yahh, ttoo..long keluar, yah..tolong..”, keadaan ini sangat menakutkan bagi Norzalina apalagi ketika pak Dollah mulai beringsut mendekatinya. Melihat permintaannya diabaikan, Norzalina yang tidak rela diperlakukan begitu mencoba untuk menerobos ke sisi kiri ayah mertuanya untuk mencapai pintu.

Namun keadaan menjadi bertambah buruk ketika pak Dollah dengan sigap menangkap pinggang menantunya tersebut dengan tangan kirinya yang kukuh sembari tangan kanannya bergerak kilat menghentak lepas ikatan kain di dada Norzalina. “Breet” kain tipis bermotif batik coklat itupun jatuh terburai ke kamar mandi.

Terpampanglah tubuh mulus Norzalina yang hanya dibaluti kutang sutra berenda putih dan celana dalam mungil yang juga putih. Norzalina sangatlah malu mendapati dirinya nyaris bugil dan tengah dipeluk oleh ayah mertuanya yang sudah telanjang bulat. Pak Dollah kini dengan bebas menatapi tubuh mulus menantunya dari dekat; dari dua bukit menawan yang menghiasi dada yang kembang kempis ketakutan hingga gundukan vaginanya yang begitu mengundang walaupun dibungkus kain sutra.

Bungkus indah itu justru mencetak lekat lekak liku dan guratan liang kemaluan menantunya yang rupawan. Bulu kemaluan yang membayang tipis serta mencuat malu-malu di sekeliling selangkangan Norzalina membuat pak Dollah tercekat dan tak mampu berkedip. Sebaliknya, Norzalina mendadak lemas, sendinya serasa luluh di dalam pelukan pak Dollah dan hanya mampu memejamkan matanya serta mulai menangis tertahan.

‘Huu.huu.. ayaah, jangan berbuat seperti ini ayah,..huu.huu.huu.. aku ini istri anakmu..” bisik Norzalina lirih sambil terus terisak. Pak Dollah yang telah lama tidak merasai kehangatan liang kemaluan perempuan sama sekali tak peduli. Dihentakkannya tubuh Norzalina dengan penuh nafsu hingga tersandar ke dinding kamar mandi.

Norzalina masih berusaha melindungi dirinya dari terkaman mertuanya. Dia kemudian membalikkan badan ke dinding berusaha menjaga payudara dan kemaluannya dari pandang liar pak Dollah. Namun itu tak bisa menghentikan pak Dollah dan tanpa ba-bi-bu dia langsung merenggut kutang sutra berenda yang masih melindungi buah dada menantunya itu dari belakang. Robeklah kutang tersebut seiring dengan lepasnya kaitan akibat renggutan ganas pak Dollah dan “aaah..” mulut pak Dollah ternganga saat dia membalikkan tubuh Norzalina dan bersitatap dengan sepasang bukit kenyal dan ranum dengan dua puncak merah muda yang mendadak tersembul di depan dada perempuan muda tersebut.

Dengan nafas tersengal-sengal karena nafsu yang memuncak pak Dollah tak menunggu lama untuk beraksi. Dengan sigap dijejalkannya tangan kirinya ke mulut menantunya yang masih tersedu tersebut untuk menahan isakannya, sedangkan bibirnya yang tebal segera menuju ke arah dada Norzalina. Pak Dollah walaupun sudah dicengkeram nafsu hingga ubun-ubun berusaha keras untuk tidak terburu-buru dalam memanfaatkan peluang ini.

Bibirnya tidak langsung mengulum puting merah muda Norzalina namun dengan acak mengecup sekeliling buah dada kanan sang menantu. Dia tidak hanya mencium namun bibir kasarnya juga mencecap dan mencubit pinggiran gundukan bukit itu dengan lahap. Secara bersamaan telapak tangan kanannya terentang menangkupi buah dada kiri Norzalina. Jari-jarinya menyentuh pangkal buah dada dan pelahan mulai menekan-nekan dengan teratur. Puting kiri Norzalina yang berada di tengah telapak pak Dollah tentu saja tergesek-gesek bersamaan dengan gerakan jarinya yang makin lama makin kencang.

Norzalina meregang, dia dapat merasakan bibir dan jari jemari mertuanya menjelajahi dadanya. Wajahnya memucat dan lehernya mendongak tegang saat perasaan geli dan nikmat yang sebelum ini hanya didapat dari Ali, suaminya, kini dirasakan dari gelutan pak Dollah. Rasanya ingin memekik namun bibir mungilnya terhalang tangan pak Dollah.

Norzalina hanya mampu melenguh pendek di saat perasaannya mulai terbagi antara rasa terhina dan kenikmatan, antara malu dan perasaan bersalah dengan naluri wanitanya untuk menuntaskan birahinya yang mulai bangkit. Pak Dollah peka akan hal ini, segera dieratkannya terkamannya. Bibirnya masih terbenam di dada Norzalina namun kini lidahnya mulai bermain, berputar menyapu buah dada itu dari pinggir menuju tengah serta menjilat tegak puting Norzalina yang mulai teracung kencang dan kemudian menghisap-hisapnya dengan dalam-dalam.

“Oooh..auugh..aaach..” desah tertahan menantunya makin sering terdengar saat tangan kanan pak Dollah tidak lagi berbasa-basi dan kini mulai meremas-remas buah dada kiri Norzalina serta jari jemari dan telapak tangannya bergantian memilin, menarik, dan memijit puting yang satunya lagi. Tidak kurang dari lima menit pak Dollah menikmati dada menantunya dengan posisi berdiri. Berkali-kali lehar dan kepala Norzalina terhentak-hentak ke dinding mengikuti hisapan dan remasan pak Dollah. Kemudian tanpa terduga Norzalina yang mulai terbuai gairahnya, pak Dollah menggigit buah dada Norzalina sekencang-kencangnya dan tangan kanannya meremas keras puting kiri. “Aaaach..” jerit kesakitan bercampur kenikmatan dari bibir Norzalina menyeruak kencang karena saat bersamaan pak Dollah melepaskan tangan kirinya dari mulut sang menantu.

Tubuh Norzalina tersandar kaku di dinding, seluruh raganya mengejang dan kepalanya terdorong ke depan dengan bibir yang membulat tanpa suara ketika tangan kiri pak Dollah yang sudah bebas mulai menyelinap ke balik celana dalamnya, menggeser cepat di pinggir bibir kemaluannya serta kemudian menghujam langsung ke kelentitnya.

Telunjuk itu kemudian berputar-putar di dalam liang kemaluan Norzalina dan mengorek-ngorek kelentitnya dengan pilinan-pilinan liar. Bibir Norzalina makin membuka lebar saat tangan kanan Pak Dollah menarik turun celana dalam sutranya hingga robek dan dilemparkan ke pojok kamar mandi. Pak Dollah kini sudah dalam posisi berjongkok, sambil terus mengorek kelentit menantunya matanya terbeliak lebar saat menatap kemaluan Norzalina yang terpampang begitu dekat di depan matanya. “oh. Ali, engkau sungguh anak yang beruntung ..” batinnya dalam hati saat dia menyaksikan guratan dan lekak-lekuk vagina yang begitu menantang.

Di tempelkannya hidungnya disamping telunjuk kirinya yang masih giat bekerja dan kini mulai mengocok kencang. “Oooh.. sedaap..” desis pak Dollah saat dia membaui aroma wangi vagina yang mulai bercampur bau lelehan cairan kewanitaan di liang kemaluan Norzalina yang juga mulai bengkak.

Mata Norzalina masih terpejam, keringat membasahi punggung serta kepalanya sudah tersandar lagi ke dinding menahan rasa perih dan nikmat yang datang bergantian. Namun itu tidak berlangsung lama, kepalanya kembali terdorong ke depan dan mulutnya bibirnya kembali melenguh kelezatan saat pak Dollah melanjutkan aksinya. “”Aiiih..aah..aaah..aaahhh..” desis itu keluar saat pak Dollah menggunakan lidahnya untuk menggantikan jari telunjuknya dalam memainkan kelentit Norzalina. Lidah pak Dollah menyisir pinggir luar bibir kemaluan Norzalina secara vertikal naik turun, naik turun, sebelum menggelincir ke tepi bagian dalamnya dengan menyapu liang hangat itu secara horizontal dan kemudian membenamkannya dalam-dalam secara berulang-ulang, keluar-masuk, keluar-masuk.

Pak Dollah seakan dimabuk kenikmatan yang mendalam. Dicecapnya hangat lipatan-lipatan vagina Norzalina dengan lahap. Sudah bertahun-tahun dia tidak merasakan sensasi yang dahyat ini. Dimainkannya kelentit Norzalina dengan lidah dengan sapuan-sapuan dan pilinan-pilinan kecil namun mantab.

Sembari mengulum dan menghisap, ke dua belah tangan pak Dollah mulai bergantian meremas bongkahan pantat Norzalina. Tak henti-henti kesepuluh jemari gempal pria uzur itu membenamkan cengekeramannya ke dalam dua bongkahan daging yang bulat tanpa cacat milik sang menantu. Sesekali telunjuk kanannya menusk kerang lubang anus Norzalina dan mengocoknya.

Tak terpikirkan gelombang kenikmatan yang menjalari segenap indra Norzalina. Tanpa sadar tangannya yang selama ini tergantung lemah di kedua sisi tubuhnya bergerak ke depan mencengkeram rambut tipis pak Dollah dan mendorong kepala mertuanya tersebut agar makin terbenam ke dalam kemaluannya. Tak lama kemudian terdengar lolongan panjang sang menantu “Ooooouughhh…aaaayaaahhh…..” seiring dengan meledaknya seluruh gairah yang selama ini tertahan. Runtuh sudah pertahanan terakhir Norzalina, tubuhnya mengejan dan melengkung ke depan sementara seluruh liang vaginanya telah banjir dengan cairan kenikmatan.

Pak Dollah menarik wajahnya dari kemaluan Norzalina, tangannya dilepaskan dari kedua bongkah pantat sang menantu dan diapun beringsut mundur. Dipandangnya tubuh lemas Norzalina pelahan-lahan merosot turun di dinding kamar mandi sampai akhirnya kemudian terduduk. Mata Norzalina terpejam, bibirnya membentuk bulatan “o’ kecil sementara tarikan garis wajahnya menyiratkan kepuasan yang tak terkira sebelum kemudian wajah rupawan itu terkulai ke arah bahu kiri.

Tanpa menunggu waktu lama pak Dollah bergerak maju lagi. Ditariknya kedua kaki Norzalina hingga tubuhnya sepenuhnya telentang di lantai kamar mandi dan tidak lagi bersandar di dinding. Dengan sigap dijilati bagian dalam paha kanan Norzalina sementara tangan kirinya berkeliaran mengelus-elus paha dan betis kanan Norzalina. Norzalina hanya memandang sayu, sementara kepalanya, menggeleng-geleng pelahan ke kiri dan ke kanan mencoba menahan rangsangan baru yang dilakukan pak Dollah.

Tiba-tiba Norzalina memekik kecil saat tanpa berkata apapun, pak Dollah menyibakkan lebar-lebar ke dua kaki Norzalina yang sebelumnya masih terentang berdekatan. Norzalina sadar akan apa yang akan dilakukan oleh mertuanya kemudian. Dengan lirih menahan segala gairahnya Norzalina masih berusaha berbisik mengingatkan pak Dollah “Jangan ayah..jang..auuuh”, bisiknya terpotong saat batang pak Dollah yang sudah hampir setengah jam tegak itu menerobos masuk ke dalam liang kemaluannya.

Dua tangan perkasa pak Dollah mengunci bahunya sehingga dia tak mampu melawan saat tubuh tambun mertuanya mulai menindih raganya. Kedua kaki Norzalina yang terbuka memudahkan batang pak dollah memasuki lubang vaginanya. Sedikit demi sedikit batangnya disodok-sodokkan keluar masuk dalam liang yang telah basah berlendir tersebut, awalnya pelan kemudian makin lama makin laju. Kadang-kadang pak Dollah menahan batangnya di tengah liang kemudian memutar pinggulnya pelahan dan mantap bergantian ke arah kiri dan kanan, lalu kemudian tiba-tiba dibenamkannya lagi dalam-dalam hingga menembus pangkal vagina Norzalina.

Lama kelamaan Norzalina tidak mampu lagi berbuat apa-apa selain mengikuti langgam sodokan dan tarikan ayah mertuanya. Terlebih lagi karena bibir dan lidah pak Dollah tak pernah henti menyapu perut, dada, leher, dan bibir Norzalina. Satu waktu saat menyodokkan batangnya dalam-dalam, bibir pak Dollah secara bersamaan melumat puting kiri dan kanan Norzalina secara bergantian.

Norzalina hanya mampu memejamkan mata menahan kegairahan yang telah menguasai dirinya lalu setelah hampir lima belas menit lolong kecilnya kembali terdengar di sela-sela deru nafas pak Dollah “Eemmmm..urrrghh..aaahhhhhh, aaahhhh, aahhhh…” Untuk kedua kalinya perempuan cantik itu meledak dalam birahi. Dagunya kemudian mendongak dengan mata yang membola meskipun bibirnya telah terkatup rapat.

Pak Dollah menyeringai lebar saat melihat menantu tersayangnya tenggelam dalam kenikmatan. Ditunggunya sampai kepala Norzalina terkulai lagi ke lantai dan matanya terpejam. “hmm.. ayo sayang, permainan kita belum selesai..” geram pak Dollah saat dia dengan kasar membalikkan tubuh Norzalina. Pak Dollah yang nafsunya masih tidak puas, memaksa Norzalina yang sudah tidak berdaya itu untuk menungging dengan siku menempel lantai.

Segera disibakkannya dua bongkah pantat untuk membuka jalan bagi batangnya yang masih tegak mengacung ke arah liang kemaluan Norzalina. Setelah menggigit dua bongkahan daging itu dengan bernafsu, tangan pak Dollah memegang sisi punggung menantunya lalu menekan batangnya kedalam lubang vagina Norzalina. Punggung Norzalina yang besar dan putih membuatkan pak Dollah semakin bernafsu. “Aaah..sakkkiiitttt ..ayahhh..”, jerit Norzalina saat liang vaginanya kembali ditusuk-tusuk oleh batang pak dollah dengan beringas.

Sodokan-sodokan pak Dollah dengan gaya doggy style ini sedemikian laju sehingga kembali membuat Norzalina merem melek dan mendesisi-desis, namun ketika merasakan bahwa tubuh pak dollah mulai mengejan seakan menuju klimaks, Norzalina pun panik dan berusaha menahan goyangan sang mertua menjerit “..jangaannn, jangn lepaskan didalamm..yahh’, pintanya dengan lirih. Pak Dollah sesaat berhenti dan kemudian berkata “Baiklah Lina tapi dengan satu syarat”, kata pak Dollah. “Lina harus hisap batang ni sampai keluar air kalau tidak ayah lepaskan mani ayah ke dalam rahimmu, bagaimana?”. “Baiklahhh” jawab Norzalina dengan pasrah.

Pak Dollah segera merambat naik menuju ke arah kepala Norzalina yang sudah kembali telentang di lantai. Dia meletakkan kedua lututnya di samping Norzalina dan kemudian menarik wajah ayu yang tengah lunglai itu untuk menghadap batangnya yang masih tegak. “Ayo Lina, kulum batang ayah”. Walaupun jijik, Norzalina terpaksa mengulum batang pak Dollah. Batang yang hitam dan berotot itu segera saja emmenuti rongga mulut Norzalina.

Kuluman demi kuluman segera dilakukan Norzalina dengan sisa tenaga yang ada. Sesekali pak Dollah memintanya bergantian untuk menjilat, mengulum dan mengocok. Sudah lebih lima menit Norzalina melakukan itu semua namun pak Dollah belum menunjukkan tanda-tanda ingin berejakulasi. Malahan pak Dollah terus meramas buah dada menantunya itu.

Akhirnya Norzalina kepenatan. ‘Ayah..jangan dilepaskan di dalam..ayah..’, rayu Norzalina setengah sadar saat tenaganya telah musnah dan kesadaran mulai meninggalkan dirinya. Norzalina pun pingsan karena keletihan. Melihat hal ini pak Dollah kembali menyeringai lebar. Direngkuhnya tubuh menantunya yang sudah terkulai lemas tersebut lalu direntangkannya kembali kedua kaki Norzalina. Tanpa disadari Norzalina, pak Dollah kembali membenamkan batangnya ke dalam liang kemaluan menantunya serta melakukan sodokan-sodoakan yang lebih liar dan kencang daripada sebelumnya. Sesaat kemudian pak Dollah pun mengejan wajahnya tegang mendongak ke atas dengan batang yang tertanam penuh dalam liang vagina Norzalina, lalu “ Aaaaargh… Linaaaaa….aarrghhh..” cairan sperma menyembur dari batang pak Dollah memenuhi setiap lekuk dan liku vagina Norzalina dan mengalir deras menuju rahimnya. Pak Dollahpun terkulai lemas di atas tubuh sang menantu.

Setelah beristirahat selama satu jam, pak Dollah pun bangkit. Norzalina masih terkulai lemah di lantai kamar mandi. Pak Dollah tersenyum puas mengingat kembali pengalaman indah yang dirasakannya bersama Norzalina. Dengan hati-hati pak Dollah membopong tubuh Norzalina kembali ke kamar setelah mengenakan pakaiannya. Dia pun menunggu Norzalina tersadar dan mengancam menantunya tersebut untuk tidak menceritakan apa yang terjadi kepada Ali. Akhirnya, setelah Dzuhur, pak Dollah meninggalkan rumah dan terus pulang ke kampung. Norzalina yang malu telah merahasiakan kejadian itu dari pengetahuan suaminya selama berbulan-bulan dan berharap mertua jahanam tersebut tidak pernah akan muncul berkunjung lagi.

Dua bulan berlalu sejak peristiwa di bilik mandi tersebut dan Norzalinapun mendapati dirinya hamil. Suaminya, Ali, gembira tiada kepalang mendapat berita itu tanpa mengetahui perkara sebenarnya. Sebaliknya Norzalina sangatlah gelisah. Walaupun pak Dollah telah berjanji untuk tidak menumpahkan spermanya ke dalam liang kemaluannya, namun karena tidak sadarkan diri Norzalina tidak pernah tahu pasti akan hal itu  . Hanya saja, Norzalina memilih untuk memendam ketakutannya itu sambil berharap agar mertua jahanamnya tersebut tidak berbuat curang dan tak lagi datang untuk mengganggu kehidupannya kembali.

Norzalina pun melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat. Selepas 7 bulan melahirkan Hafiz, anak laki-lakinya tersebut, dia hidup dalam kebahagiaan bersama dengan suaminya. Pak Dollah yang menghilang tiada kabar berita membuat hidupnya perlahan-lahan kembali mulai tenang.

Hanya saja, kebahagiaan itu tidak berusia panjang. Suatu petang, sepulang Ali dari mengajar di sekolah, dia berkabar bahwa pak Dollah akan berkunjung lusa untuk menengok cucu pertamanya. Dingin terasa sekujur tubuh Norzalina saat mendengar berita dari suaminya tercinta. Kedamaian yang dia pikir telah didapatkan tiba-tiba saja kembali terancam bahaya. “Ada apa, Lina? Kamu tampak terkejut mendengar bapak hendak berkunjung?”, tanya Ali padanya, “Kau tak suka kah dia menengok Hafiz?” tanyanya lebih lanjut. “Ti..tidak, bang.

Li…Lina hanya kaget karena sudah setahun lebih beliau tiada berkabar berita..”, Norzalina berusaha menutupi kegugupannya. “Oh, bapak memang selalu begitu. Setahun ini dia berniaga ke Trengganu dan baru tahu kelahiran Hafiz dari bibi saat pulang kampung kemarin..” tutur Ali tanpa menangkap kegelisahan perasaan Norzalina. “Begitukah, bang? Tapi kalau memang lusa beliau datang, Lina harap abang bisa menunda kepergian abang ke Kedah hingga beliau pulang”, bujuk Norzalina, “Lina takut tidak bisa menjamu beliau dengan baik kerana sibuk menjaga Hafiz”, pinta Norzalina dengan cemas. “Baiklah, Lina, karena bapak cuma tiga hari di sini, abang akan tunda perjalanan ke Kedah sampai beliau kembali ke kampung”, kata Ali. “Terima kasih, bang”, Norzalina menghela nafas lega karena tidak akan sendirian menghadapi pak Dollah.

Pak Dollah datang lusa petang dengan dijemput Ali di stesen bas. Tidak banyak yang berobah dari mertuanya itu dari saat terkahir mereka berpisah. Perutnya makin tambun dan kulitnya makin legam, namun yang membuat Norzalina gemetar adalah tatapan mata pak Dollah yang makin liar setiap kali memandang ke arahnya. Mata yang tajam itu seakan mampu menengok menembus kerudung dan baju kurung rapat yang selalu dipakai Norzalina.

Tatapan mertuanya itu membuatnya mual dan berkunang -kunang setiap kali mereka bertemu pandang karena mengingatkan Norzalina kembali atas apa yang telah dilakukan pak Dollah terhadapnya. Seakan masih terasa benar kecupan-kecupan panas dan remasan kasar pak Dollah di sekujur tubuhnya. Sebaliknya, pak Dollah bersikap seakan tiada pernah terjadi apapun di antara mereka.

Dua hari sejak kedatangannya semua masih aman bagi Norzalina. Pak Dollah lebih banyak berbincang dengan Ali, sedangkan Norzalina lebih sering menghindar dan meminta mak Siti, janda tetangga sebelah, untuk menemani menjaga Hafiz setiap saat Ali harus pergi mengajar.Namun, naas menimpa pada malam terakhir. Seusai santap malam, Norzalina sibuk mencuci piring di dapur sementara Ali dan pak Dollah sedang berbincang di teras depan. Norzalina bersenandung kecil, hatinya dipenuhi kelegaan karena esok semua sumber ketakutan dan mimpi buruknya dalam dua hari terakhir akan berlalu. Pikirannya yang menerawang sambil sibuk membasuh piring sisa santap malam membuatnya tidak bersiaga dan tak sedar saat seseorang berjingkat memasuki dapur.

“Oough..”, Norzalina terpekik saat sebuah lengan yang kekar melingkar di pinggangnya yang ramping dan di saat bersamaan sebuah kecupan yang ganas mendarat di tengkuknya, menembus kerudung yang dikenakannya. “ Lina..kamu semakin cantik ya..”, suara serak yang berbisik lirih ditelinga Norzalina kemudian serasa melumpuhkan seluruh indera wanita muda tersebut.

Benaknya tercekam dengan kengerian oleh ingatan peristiwa memalukan yang dialaminya setahun lalu dan gelas yang tengah dicucinya pun terlepas dari gengamannya. “kenapa, sayang? Kamu tak rindukah dengan ayah..? Ayah kangen sekali Lina..”. Pak Dollah yang kini telah memeluk Lina dari belakang tidak menyia-nyiakan kelengahan dan keterkejutan Norzalina.

Sambil terus berbisik dan menciumi tengkuk dan bahu menantunya yang masih tertutup jilbab lebar, tangan kiri pak Dollah yang semula melingkar di pinggang Norzalina perlahan merayap turun mengarah ke pangkal paha terus ke bagian depan kemaluan Norzalina. Sementara itu di saat yang bersamaan jari-jemari tangan kanannya menyusup di balik baju kurung longgar yang dikenakan Norzalina dan dengan cepat menyusur dari perut ke arah dadanya. “Aaaugh..aayah..ach..bang aalii..auugh..toolong..” Norzalina menjerit tertahan menahan kecupan yang bertubi-tubi diterimanya.

Tubuhnya yang semampai terbungkuk ke depan saat jemari kasar pak Dollah yang terentang lebar telah menggenggam organ kewanitaannya dan mulai meremasnya dengan ganas. Kedua tangan Norzalina mencengkeram erat tepi tempat mencuci piring sedangkan paha kanannya yang secara refleks bergerak ke depan mencoba menahan serbuan pak Dollah walaupun tanpa disadarinya justru menjepit cengkeraman pak Dollah di vaginanya lebih erat.

Pak Dollah terkekeh melihat reaksi gugup menantunya tersebut. Jepitan paha Norzalina tidak mampu menghalangi kelincahan jari jemarinya untuk tidak hanya meremas namun juga sesekali menusuk celah kemaluan Norzalina. “Aaauch…”, belum lagi Norzalina mampu meredam permainan jari lelaki tua tersebut, matanya yang semula terpejam menjadi terbeliak dan tubuhnya yang merunduk tersentak ke belakang saat jemari pak Dolah yang lain berhasil masuk di balik kutang sutranya serta mulai meremas payudara dan memilin puting susu kanannya serta menjepit dan menarik-nariknya. “Tenang, Lina. Ali sedang bertandang ke rumah Hassan.

Ayah pastikan kita punya waktu yang cukup untuk saling melepas rindu.he.he..he.”, pak Dolah melanjutkan bisikannya sambil kesepuluh jemarinya bekerja meremas, menusuk, mengobel, memilin dan mencubit dengan buas. Norzalina seakan lumpuh mendengar perkataan mertuanya. Tubuhnya bergantian terhentak ke belakang serta terbungkuk ke depan saat remasan-remasan yang dilakukan pak Dollah bertubi-tubi mengaduk vagina dan payudaranya.

“Serangan” yang dilakukan pak Dollah baru berlangsung tak lebih dari sepuluh menit namun waktu seakan berhenti bagi Norzalina. Kain kurungnya telah tersingkap sampai ke pinggang sehingga tangan kanan pak Dollah dengan leluasa sudah mencengkeram bulat-bulat kewanitaan Norzalina dari balik celana dalam satinnya. Jari tengahnya sudah bermain dengan kelentit menantunya dan tak jemu mengocok liang kewanitaan Norzalina yang mulai basah dengan cairan kewanitaan yang membanjir.

Sementara itu lidah dan bibir pak Dollah tanpa henti mencecap dan menjilat leher jenjang Norzalina yang telah terbuka karena kerudung putihnya telah disingkapkan ke atas dan menutupi wajahnya yang tertunduk lemah. Tiadanya perlawanan yang berarti dari Norzalina tersebut tentu saja juga memudahkan kerja pak Dollah di payudara wanita itu. Bergantian sepasang bukit yang ranum itu dijelajahinya bolak-balik dengan mudah. Telapak tangannya memutar dan meremas, mencengkeram keras dan menekan-nekan tiada hentinya gundukan daging yang lembut dan kenyal tersebut.

Pandangan Norzalina makin lama makin gelap, remasan dan permainan jari yang dashyat dari sang mertua membuat kesadarannya makin melayang. Nafasnya makin lama makin tersengal. . Sebaliknya, pak Dollah makin bersemangat. Tangannya yang semula sibuk mengocok liang kewanitaan Norzalina secara kasar menyentakkan celanan dalam sang menantu dan menariknya ke arah bawah.

Tanpa bisa dicegah kain segitiga satin yang mungil itu terus melorot hingga ke bawah lutut. Pak Dollah terpana melihat bongkahan pantat mulus yang kini tersaji dihadapannya. Tanpa sedar dia berdecak “ck.ck.ck.., betapa indahnya engkau Lina..’. Kedua tangan bandot tua itu segera saja meremas dengan gemas daging yang lembut itu. Norzalina hanya mampu menggeliat kecil ketika sebuah rangsangan yang hebat merambat dari remasan pak Dollah dan menggetarkan seluruh inderanya. Tanpa menunggu reaksi sang menantu lebih lanjut, pak Dollah berlutut di belakang Lina sehingga wajahnya sejajar dengan celah pantat Norzalina.
Kedua tangannya kemudian mencengkeram paha Norzalina dan kemudian menyibakkannya lebih lebar. Sekejap kemudian pak Dollah menundukkan kepalanya dan mulai memainkan bibir dan lidahnya di kemaluan wanita malang itu.

Pertama-tama ditekankannya wajahnya ke seluruh permukaan vagina Norzalina yang sudah basah kuyup akibat ketrampilan jari-jemari pak Dollah. Dihirupnya dalam-dalam bau harum vagina sang menantu yang telah bercampur dengan bau merangsang cairan kewanitaannya. “Sruup, sruuuup…”, bibirnya mendecap limpahan cairan tersebut dan memagut erat celah kewanitaan Norzalina yang telah menguak lebar.
Seluruh tubuh Norzalina bergetar lemah, bibirnya tak mampu memekik dan hanya berbisik lirih saat lidah kasar sang mertua mulai menyusuri tiap jengkal vaginanya. Lidah itu bergerak liar tidak hanya menyusur ke dalam liang kenikmatannya namun juga menyapu tandas setiap celah lipatan yang ditemuinya. Decapan-decapan bibir yang ditingkahi gigitan-gigitan kecil yang terus berulang membuat Norzalina luluh. Tubuhnya kini sepenuhnya tiarap bertumpu sepenuhnya pada bak cucian tanpa daya. Kepalanya hanya menggeleng ke kiri dan ke kanan saat gigi-gigi pak Dollah menggigit ganas bongkahan kewanitaannya.

Namun agaknya pak Dollah belum merasa puas. Setelah direguknya kelezatan vagina Norzalina, diapun bangkit kembali. “Tahan sayang.. ayah masih mau ragakan satu permainan lagi…he..he.he..”, sambil terkekeh kecil pak Dollah menekan tubuh menantunya ke depan hingga makin mencondong ke bak cucian sementara tangan kirinya menjemba pinggang Norzalina dan menunggingkannya sedikit ke atas.
Diturunkannya resleting celananya yang sudah sesak dengan batang penisnya yang telah menggembung dari tadi. Segera teracunglah batang yang liat dan hitam itu di depan bongkahan pantat Norzalina. Tanpa aba-aba batang itu menusuk deras ke dalam celah pantat Norzalina. “Aaaarghhh…” selunglai apapun Norzalina, tubuhnya mengejang hebat saat penis perkasa sang mertua dengan laju menyumpal kewanitaannya.

Tubuhnya yang semula seakan teronggok lemah di meja bak cucian tiba-tiba terangkat, wajahnya memerah dengan bibir yang membulat sebelum kemudian kembali luluh. Kegelapan mulai merayapi pandangan Norzalina saat pantatnya berguncang-guncang mengikuti irama sodokan penis pak Dollah. Tusukan-tusukan pak Dollah yang makin lama makin kencang dan dalam itu seakan menghentak-hentak kesadaran wanita malang tersebut. Dia hanya mampu bergumam lirih setiap sodokan-sodokan panjang yang dilakukan pak Dollah bergantian dengan tusukan-tusukan pendek dan cepat menghujam dalam-dalam ke vagina Norzalina. Dalam keadaan yang sangat menderita tersebut Norzalina hanya dapat berharap agar mertuanya tersebut tidak sampai berejakulasi dan menumpahkan spermanya ke dalam peranakannya.

Untunglah, sebelum Norzalina kehilangan kesadaran secara penuh dan pak Dollah mencapai puncak, tiba-tiba terdengar bunyi pintu pagar berderit dan salam diucapkan. “Bedebah.”, pak Dollah menggeram pelan dan menyumpah-nyumpah karena menyadari Ali telah pulang. Ditusukkannya penisnya ke liang kemaluan Norzalina untuk terakhir kalinya sambil berbisik “ sudah dulu ya sayang..”.

Bibir Norzalina mendesis lemah saat menerima tusukan yang dilakukan pak Dollah dalam-dalam tersebut. Pak Dollah bergegas melepaskan pelukannya dan menarik celana dalam satin Norzalina kembali ke atas. Dengan sigap dia menegakkan tubuh Norzalina serta menurunkan kembali baju kurung dan kerudung menantunya sehingga seluruh tubuh wanita itu kembali tertutup rapat. Sebelum meninggalkan dapur dia berbisik lirih ke telinga Norzalina “ Jangan kau bilang ini kepada Ali, sayang jika kau masih sayang anakmu ..” Kemudian dengan sigap dia bergerak keluar dapur menuju ruang tamu untuk menyambut Ali di beranda untuk memberikan waktu pada Norzalina membenahi diri dan memulihkan kesadarannya.

Norzalina masih bertumpu lemah di bak cuci, pandangannya nanar dan pikirannya masih beku. Benaknya dicekam kengerian mendengar ancaman mertuanya tersebut. Dia sadar bahwa bajingan tua itu tidak sekadar menggertak. Namun, dia bersyukur bahwa Ali datang sehingga dia bisa terhindar dari aib yang lebih besar. Dia berharap malam segera berlalu dan esok mertua durjananya segera pulang ke kampung sehingga mimpi buruknya akan berakhir.-

Sabtu, 28 April 2018

Memperkosa Istri Tetangga Saat Sendirian



 Awalnya aku tak terlalu tertarik dengan pasangan suami-istri muda yang baru tinggal di samping rumahku itu. Suaminya yang bernama Bram, berusia sekitar 32 tahun, merupakan seorang pria dengan wajah tirus dan dingin. Sangat mahal senyum.

Sedang istrinya, seorang wanita 23 tahun, bertubuh sintal yang memiliki sepasang mata membola cantik, raut wajah khas wanita Jawa. Tak beda jauh dengan suaminya, dia  juga terlihat kaku dan tertutup. Tapi watak itu, agaknya lebih disebabkan oleh sikap pendiam dan pemalunya.

Sehari-harinya, dia selalu mengenakan pakaian kebaya. Latar  belakang kehidupan pedesaan wanita berambut ikal panjang ini, terlihat masih cukup kental, Jakarta tak membuatnya berubah.  Aku hanya sempat bicara dan bertemu lebih dekat dengan pasangan ini, dihari pertama mereka pindah.

Saat mengangkat barang-barangnya, aku kebetulan baru pulang dari  jogging dan lewat di depan pintu pagar halaman rumah yang mereka kontrak. Setelah itu, aku tak pernah lagi kontak dengan keduanya. Aku juga tak merasa perlu untuk mengurusi mereka.

Perasaan dan pikiranku mulai berubah, khususnya terhadap si Istri  yang bernama Maryati, ketika suatu pagi bangun dari tidur aku duduk di balik jendela. Dari arah sana, secara kebetulan, juga melalui jendela kamarnya, aku menyaksikan si Istri sedang melayani suaminya dengan sangat telaten dan penuh kasih.

Mulai menemani makan, mengenakan pakaian, memasang kaos kaki, sepatu, membetulkan letak baju, sampai ketika mencium suaminya yang sedang bersiap-siap untuk turun kerja, semua itu kusaksikan dengan jelas. Aku punya kesimpulan wanita lumayan cantik itu sangat mencintai pasangan hidupnya yang berwajah dingin tersebut.

Entah mengapa, tiba-tiba saja muncul pertanyaan nakal di otakku. Apakah Istri seperti itu memang memiliki kesetiaan yang benar-benar tulus dan jauh dari pikiran macam-macam terhadap suaminya? Sebutlah misalnya berhayal pada suatu ketika bisa melakukan petualangan seksual dengan lelaki lain? Apakah seorang istri seperti itu mampu bertahan dari godaan seks yang kuat, jika pada suatu ketika, dia terposisikan secara paksa kepada suatu kondisi yang memungkinkannya bermain seks dengan pria lain?  Apakah dalam situasi seperti itu, dia akan melawan, menolak secara total meski keselamatannya terancam? Atau apakah dia justru melihatnya sebagai peluang untuk dimanfaatkan, dengan dalih ketidakberdayaan karena berada dibawah ancaman?

Pertanyaan-pertanyaan itu, secara kuat menyelimuti otak dudaku yang memang kotor dan suka berhayal tentang penyimpangan seksual. Sekaligus juga akhirnya melahirkan sebuah rencana biadab, yang jelas sarat dengan resiko dosa dan hukum yang berat. Aku ingin memperkosa Maryati! Wuah! Tapi itulah memang tekad yang terbangun kuat di otak binatangku. Sesuatu yang membuatku mulai hari itu, secara diam-diam.

melakukan pengamatan dan penelitian intensif terhadap pasangan suami istri muda tersebut. Kuamati, kapan keduanya mulai bangun, mulai tidur, makan dan bercengkrama. Kapan saja si Suami bepergian ke luar kota lebih dari satu malam, karena tugas perusahaannya sebuah distributor peralatan elektronik yang cukup besar.

Dengan kata lain, kapan Maryati, wanita dengan sepasang buah dada dan pinggul yang montok sintal itu tidur sendirian di rumahnya. Untuk diketahui, pasangan ini tidak punya pembantu. Saat itulah yang bakal kupilih untuk momentum memperkosanya. Menikmati bangun dan lekuk-lekuk tubuhnya yang memancing gairah, sambil menguji daya tahan kesetiaannya sebagai istri yang bisa kukategorikan lumayan setia.

Sebab setiap suaminya bepergian atau sedang keluar, wanita ini hanya mengunci diri di dalam rumahnya. Selama ini bahkan dia tak pernah kulihat meski hanya untuk duduk-duduk di terasnya  yang besar. Itu ciri Ibu Rumah Tangga yang konservatif dan kukuh memegang tradisi sopan-santun budaya wanita timur yang sangat menghormati suami. Meski mungkin mereka sadar, seorang suami, yang terkesan sesetia apapun, jika punya peluang dan kesempatan untuk bermain gila, mudah terjebak ke sana.

Aku tahu suaminya, si Bram selalu bepergian keluar kota satu atau dua malam, setiap hari Rabu. Apakah benar- benar untuk keperluan kantornya, atau bisa jadi menyambangi wanita simpanannya  yang lain. Dan itu bukan urusanku. Yang penting, pada Rabu malam itulah aku akan melaksanakan aksi biadabku yang mendebarkan. Semua tahapan tindakan yang akan kulakukan terhadap wanita yang di mataku semakin menggairahkan itu, kususun dengan cermat. 

Aku akan menyelinap ke rumahnya hanya dengan mengenakan celana training minus celana dalam, serta baju kaos ketat yang mengukir bentuk tubuh bidangku. Buat Anda ketahui, aku pria macho dengan penampilan menarik yang gampang memaksa wanita  yang berpapasan denganku biasanya melirik. Momen yang kupilih, adalah pada saat Maryati akan tidur.

Karena berdasarkan hasil pengamatanku, hanya pada saat itu, dia tidak berkebaya, cuma mengenakan daster tipis yang (mungkin) tanpa kutang. Aku tak terlalu pasti soal ini, karena cuma bisa menyaksikannya sekelebat saja lewat cara mengintip dari balik kaca jendelanya dua hari lalu. Kalau Maryati cuma berdaster,  berarti aku tak perlu disibukkan untuk melepaskan stagen, baju, kutang serta kain yang membalut tubuhnya kalau lagi berkebaya.

Sedang mengapa aku cuma mengenakan training spack tanpa celana dalam, tahu sendirilah. Aku menyelinap masuk ke dalam rumahnya lewat pintu dapur yang terbuka petang itu. Saat Maryati pergi mengambil jemuran di kebun belakangnya, aku cepat  bersembunyi di balik tumpukan karton kemasan barang-barag elektronik yang terdapat di sudut ruangan dapurnya. Dari sana, dengan sabar dan terus berusaha untuk mengendalikan diri, wanita itu kuamati sebelum dia masuk ke kamar tidurnya.

Dengan mengenakan daster tipis dan ternyata benar tanpa kutang kecuali celana dalam di  baliknya. Si Istri Setia itu memeriksa kunci-kunci jendela dan pintu rumahnya. Dari dalam kamarnya terdengar suara acara televisi cukup nyaring.

Nah, pada saat dia akan masuk ke kamar tidurnya itulah, aku segera memasuki tahapan  berikut dari strategi memperkosa wanita bertubuh sintal ini. Dia kusergap dari  belakang, sebelah tanganku menutup mulutnya, sedang tangan yang lain secara kuat mengunci kedua tangannya. Maryati terlihat tersentak dengan mata terbeliak lebar karena terkejut sekaligus panik dan ketakutan.

Dia berusaha meronta dengan keras. Tapi seperti adegan biasa di film-film yang memperagakan ulah para bajingan, aku cepat mengingatkannya untuk tetap diam dan tidak bertindak bodoh melakukan perlawanan. Hanya bedanya, aku ju
ga mengutarakan permintaan maaf. “Maafkan saya Mbak. Saya tidak tahan untuk tidak memeluk Mbak. Percayalah, saya tidak akan menyakiti Mbak.

Dan saya bersumpah hanya melakukan ini sekali. Sekali saja,” bisikku membujuk
dengan nafas memburu akibat nafsu dan rasa tegang luar biasa. Maryati tetap tidak peduli. Dia berusaha mengamuk, menendang-nendang saat kakiku menutup pintu
kamarnya dan tubuhnya kupepetkan ke dinding. “Kalau Mbak ribut, akan ketahuaan
orang. Kita berdua bisa hancur karena malu dan aib. Semua ini tidak akan diketahui orang lain. Saya bersumpah merahasiakannya sampai mati, karena saya tidak mau diketahui orang lain sebagai pemerkosa,” bisikku lagi dengan tetap mengunci seluruh gerakan tubuhnya.

Tahapan selanjutnya, adalah menciumi bagian leher belakang dan telinga wanita beraroma tubuh harum merangsang itu. Sedang senjataku yang keras, tegang, perkasa dan penuh urat-urat besar, kutekankan secara keras ke belahan pantatnya dengan gerakan memutar, membuat Maryati semakin terjepit di dinding. Dia mencoba semakin kalap melawan dan meronta, namun apalah artinya tenaga seorang wanita, di hadapan pria kekar yang sedang dikuasai nafsu  binatang seperti diriku.

Aksi menciumi dan menekan pantat Maryati terus kulakukan sampai lebih kurang sepuluh menit. Setelah melihat ada peluang lebih baik, dengan gerakan secepat kilat, dasternya kusingkapkan. Celana dalamnya segera kutarik sampai sobek ke bawah, dan sebelum wanita ini tahu apa yang akan kulakukan, belahan pantatnya segera kubuka dan lubang anusnya kujilati secara buas.

Maryati terpekik. Sebelah tanganku dengan gesit kemudian menyelinap masuk diantara selangkangannya dari belakang dan meraba serta meremas bagian luar kemaluannya, tapi membiarkan bagian dalamnya tak terjamah. Strategiku mengingatkan belum  waktunya sampai ke sana. Aksi menjilat dan meremas serta mengusap-usap ini kulakukan selama beberapa menit. Maryati terus berusaha melepaskan diri sambil memintaku menghentikan tindakan yang disebutnya jahanam itu. Dia berulang-ulang menyebutku binatang dan bajingan. Tak soal. Aku memang sudah jadi binatang bajingan. Dan sekarang sang bajingan sudah tanpa celana, telanjang sebagian. “Akan kulaporkan ke suamiku,” ancamnya kemudian dengan nafas terengah - engah.

Aku tak menyahut sambil bangkit berdiri serta menciumi pundaknya. Lalu menempelkan batang perkasaku yang besar, tegang dan panas diantara belahan pantatnya. Menekan dan memutar-mutarnya dengan kuat di sana. Sedang kedua tanganku menyusup ke depan, meraba, meremas dan memainkan puting buah dada  besar serta montok wanita yang terus berjuang untuk meloloskan diri dari bencana itu.

“Tolong Mas Dartam, lepaskan aku. Kasihani aku,” ratapnya. Aku segera menciumi
leher dan belakang telinganya sambil berbisik untuk membujuk, sekaligus
memprovokasi. “Kita akan sama-sama mendapat kepuasan Mbak. Tidak ada yang rugi, karena juga tidak akan ada yang tahu. Suamimu sedang keluar kota.

Mungkin juga dia sedang bergulat dengan wanita lain. Apakah kau percaya dia setia seperti dirimu,”  bujukku mesra. “Kau bajingan terkutuk,” pekiknya dengan marah.

Sebagai jawabannya, tubuh putih yang montok dan harum itu (ciri yang sangat kusenangi) kali ini kupeluk kuat-kuat, lalu kuseret ke atas ranjang dan menjatuhnya di sana. Kemudian kubalik, kedua tangannya kurentangkan ke atas. Selanjutnya, ketiak yang berbulu halus dan basah oleh keringat milik wanita itu, mulai kuciumi.

Dari sana, ciumanku meluncur ke sepasang buah dadanya. Menjilat, menggigit-gigit kecil, serta menyedot putingnya yang terasa mengeras tegang. “Jangan Mas Darta. Jangan.. Tolong lepaskan aku.” Wanita itu menggeliat-geliat keras.

Masih tetap berusaha untuk melepaskan diri. Tetapi aku terus bertindak semakin jauh. Kali ini  yang menjadi sasaranku adalah perutnya. Kujilat habis, sebelum pelan-pelan merosot turun lebih ke bawah lalu berputar-putar di bukit kemaluannya yang ternyata menggunung tinggi, mirip roti.

Sementara tanganku meremas dan mempermainkan buah dadanya, kedua batang paha putih dan mulusnya yang menjepit rapat, berusaha kubuka. Maryati dengan kalap  berusaha bangun dan mendorong kepalaku. Kakinya menendang-nendang kasar. Aku cepat menjinakkannya, sebelum kaki dan dengkul yang liar itu secara telak membentur dua biji kejantannanku. Bisa celaka jika itu terjadi.

Kalau aku semaput, wanita ini pasti lolos. Setelah berjuang cukup keras, kedua paha Maryati akhirnya berhasil kukuakkan. Kemudian dengan keahlian melakukan cunnilingus yang kumiliki dari hasil belajar,  berteori dan berpraktek selama ini, lubang dan bibir kelamin wanita itu mulai menjadi sasaran lidah dan bibirku.

Tanpa sadar Maryati terpekik, saat kecupan dan permainan ujung lidahku menempel kuat di klitorisnya yang mengeras tegang. Kulakukan berbagai sapuan dan dorongan lidah ke bagian-bagian sangat sensitif di dalam liang senggamanya, sambil tanganku terus mengusap, meremas dan memijit-mijit kedua buah dadanya. Maryati menggeliat, terguncang dan tergetar, kadang menggigil, menahan dampak dari semua aksi itu.

Kepalanya digeleng-gelengkan secara keras. Entah pernyataan menolak, atau apa. Sambil melakukan hal itu, mataku  berusaha memperhatikan permukaan perut Si Istri Setia ini. Dari sana aku bisa mempelajari reaksi otot-otot tubuhnya, terhadap gerakan lidahku yang terus menyeruak masuk dalam ke dalam liang senggamanya. Dengan sentakan-sentakan dan gelombang di bagian atas perut itu, aku akan tahu, di titik dan bagian mana Maryati akan merasa lebih terangsang dan nikmat.

Gelombang rangsangan yang kuat itu kusadari mulai melanda Maryati secara fisik dan emosi, ketika perlawanannya melemah dan kaki serta kepalanya bergerak semakin resah. Tak ada suara yang keluar, karena wanita ini menutup bahkan menggigit  bibirnya. Geliat tubuhnya bukan lagi refleksi dari penolakan, tetapi (mungkin) gambaran dari seseorang yang mati-matian sedang menahan kenikmatan. Berulang kali kurasakan kedua pahanya bergetar. Kemaluannya banjir membasah. Ternyata benar analisa otak kotorku beberapa pekan lalu. Bahwa sesetia apapun seorang Istri, ada saat di mana benteng kesetiaan itu ambruk, oleh rangsangan seksual yang dilakukan dalam tempo relatif lama secara paksa, langsung, intensif serta tersembunyi oleh seorang pria ganteng yang ahli dalam masalah seks.

Maryati telah menjadi contoh dari hal itu. Mungkin juga ketidakberdayaan yang telah membuatnya memilih untuk pasrah. Tetapi rasanya aku yakin lebih oleh gelora nafsu yang bangkit ingin mencari pelampiasan akibat rangsangan yang kulakukan secara intensif dan ahli di seluruh bagian sensitif tubuhnya.

Aksiku selanjutnya adalah dengan memutar tubuh, berada di atas Maryati, memposisikan batang kejantananku tepat di atas wajah wanita yang sudah mulai membara dibakar nafsu birahi itu. Aku ingin mengetahui, apa reaksinya jika terus kurangsang dengan batang perkasaku yang besar dan hangat tepat berada di depan mulutnya.

Wajahku sendiri, masih berada diantara selangkangannya dengan lidah dan  bibir terus menjilat serta menghisap klitoris dan liang kewanitaannya. Paha Maryati sendiri, entah secara sadar atau tidak, semakin membuka lebar, sehingga memberikan kemudahan bagiku untuk menikmati kelaminnya yang sudah membanjir  basah.

Mulutnya berulangkali melontarkan jeritan kecil tertahan yang bercampur dengan desisan. Aksi itu kulakukan dengan intensif dan penuh nafsu, sehingga berulang kali kurasakan paha serta tubuh wanita cantik itu bergetar dan berkelojotan. Beberapa menit kemudian mendadak kurasa sebuah benda basah yang panas menyapu batang kejantananku, membuatku jadi agak tersentak. Aha, apalagi itu kalau bukan lidah si Istri Setia ini.

Berarti, selesailah sudah seluruh perlawanan yang dibangunnya demikian gigih dan habis-habisan tadi. Wanita ini telah menyerah. Namun sayang, jilatan yang dilakukannya tadi tidak diulanginya, meski batang kejantananku sudah kurendahkan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan mulutnya untuk menelan bagian kepalanya yang sudah sangat keras, besar dan panas itu.

Boleh  jadi wanita ini merasa dia telah menghianati suaminya jika melakukan hal itu, menghisap batang kejantanan pria yang memperkosanya! Tak apa. Yang penting sekarang, aku tahu dia sudah menyerah. Aku cepat kembali membalikkan tubuh.

Memposisikan batang kejantananku tepat di depan bukit kewanitaannya yang sudah merekah dan basah oleh cairan dan air ludahku. Aku mulai menciumi pipinya yang  basah oleh air mata dan lehernya. Kemudian kedua belah ketiaknya.

Maryati menggelinjang liar sambil membuang wajahnya ke samping. Tak ingin bertatapan denganku. Buah dadanya kujilati dengan buas, kemudian berusaha kumasukan sedalam-dalamnya ke dalam mulutku. Tubuh Maryati mengejang menahan nikmat. Tindakan itu kupertahankan selama beberapa menit.

Kemudian batang kejantananku semakin kudekatkan ke bibir kemaluannya. Ah.., wanita ini agaknya sudah mulai tidak sabar menerima batang panas yang besar dan akan memenuhi seluruh liang sanggamanya itu. Karena kurasa pahanya membentang semakin lebar, sementara pinggulnya agak diangkat membuat lubang sanggamanya semakin menganga merah.

“Mbak Mar sangat cantik dan merangsang sekali. Hanya lelaki yang beruntung dapat menikmati tubuhmu  yang luar biasa ini,” gombalku sambil menciumi pipi dan lehernya.

Sekarang punyaku akan memasuki punya Mbak. Aku akan memberikan kenikmatan yang luar biasa pada Mbak. Sekarang nikmatilah dan kenanglah peristiwa ini sepanjang
hidup Mbak.” Setelah mengatakan hal itu, sambil menarik otot di sekitar anus dan pahaku agar ketegangan kelaminku semakin meningkat tinggi, liang kenikmatan wanita desa yang bermata bulat jelita itu, mulai kuterobos.

Maryati terpekik, tubuhnya menggeliat, tapi kutahan. Batang kejantananku terus merasuk semakin dalam dan dalam, sampai akhirnya tenggelam penuh di atas bukit kelamin yang montok berbulu itu. Untuk sesaat, tubuhku juga ikut bergetar menahan kenikmatan luar biasa pada saat liang kewanitaan wanita ini berdenyut-deyut menjepitnya.

Tubuhku kudorongkan ke depan, dengan pantat semakin ditekan ke bawah, membuat pangkal atas batang kejantananku menempel dengan kuat di klitorisnya. Maryati melenguh gelisah. Tangannya tanpa sadar memeluk tubuhku dengan punggung melengkung. Kudiamkan dia sampai agak lebih tenang, kemudian mulailah gerakan alamiah untuk coitus yang membara itu kulakukan.

Maryati kembali terpekik sambil meronta dengan mulut mendesis dan melengguh. Tembakan batang kejantananku kulakukan semakin cepat, dengan gerakan berubah-ubah baik dalam hal sudut tembakannya, maupun bentuknya dalam melakukan penetrasi. Kadang lurus, miring,  juga memutar, membuat Maryati benar-benar seperti orang kesurupan.  Wanita ini kelihatanya sudah total lupa diri.

Tangannya mencengkram pundakku, lalu mendadak kepalanya terangkat ke atas, matanya terbeliak, giginya dengan kuat menggigit pundakku. Dia orgasme! Gerakan keluar-masuk batang kejantananku kutahan dan hanya memutar-mutarnya, mengaduk seluruh liang sanggama Maryati, agar bisa menyentuh dan menggilas bagian-bagian sensitif di sana.

Wanita berpinggul  besar ini meregang dan berkelonjotan berulang kali, dalam tempo waktu sekitar dua puluh detik. Semuanya kemudian berakhir. Mata dan hidungnya segera kuciumi. Pipinya yang basah oleh air mata, kusapu dengan hidungku. Tubuhnya kupeluk semakin erat, sambil mengatakan permintaan maaf atas kebiadabanku.

Maryati cuma membisu. Kami berdua saling berdiaman. Kemudian aku mulai beraksi kembali dengan terlebih dahulu mencium dan menjilati leher, telinga, pundak, ketiak serta buah dadanya. Kocokan kejantananku kumulai secara perlahan.

Kepalanya kuarahkan ke bagian-bagian yang sensitif atau G-Spot  wanita ini. Hanya beberapa detik kemudian, Maryati kembali gelisah. Kali ini aku  bangkit, mengangkat kedua pahanya ke atas dan membentangkannya dengan lebar, lalu menghujamkan batang perkasaku sedalam-dalamnya.

Maryati terpekik dengan mata terbeliak, menyaksikan batang kejantananku yang mungkin jauh lebih besar dari milik suaminya itu, berulang-ulang keluar masuk diantara lubang berbulu basah miliknya. Matanya tak mau lepas dari sana.Kupikir, wanita ini terbiasa untuk berlaku seperti itu,jika bersetubuh. Wajahnya kemudian menatap wajahku. “Mas…” bisiknya.

Aku mengangguk dengan perasaan lebih terangsang oleh panggilan itu,kocokan batang kejantananku kutingkatkan semakin cepat dan cepat, sehingga tubuh Maryati terguncang-guncang dahsyat. Pada puncaknya kemudian, wanita ini menjatuhkan tubuhnya di tilam, lalu menggeliat, meregang sambil meremas sprei. Aku tahu dia akan kembali memasuki saat orgasme keduanya. Dan itu terjadi saat mulutnya melontarkan pekikan nyaring, mengalakan suara Krisdayanti yang sedang menyanyi di pesawat televisi di samping ranjang.

Pertarungan seru itu kembali usai. Aku terengah dengan tubuh  bermandi keringat, di atas tubuh Maryati yang juga basah kuyup. Matanya kuciumi dan hidungnya kukecup dengan lembut. Detak jantungku terasa memacu demikian kuat. Kurasakan batang kejantananku berdenyut-denyut semakin kuat.

Aku tahu, ini saat yang baik untuk mempersiapkan orgasmeku sendiri. Tubuh Maryati kemudian kubalikkan, lalu punggungnya mulai kujilati. Dia mengeluh. Setelah itu, pantatnya kubuka dan kunaikkan ke atas, sehingga lubang anusnya ikut terbuka. Jilatan intensifku segera kuarahkan ke sana, sementara jariku memilin dan mengusap-usap klitorisnya dari belakang. Maryati berulang kali menyentakkan badannya, menahan rasa ngilu itu.

Namun beberapa menit kemudian, keinginan bersetubuhnya  bangkit kembali. Tubuhnya segera kuangkat dan kuletakkan di depan toilet tepat menghadap cermin  besar yang ada di depannya. Dia kuminta jongkok di sana, dengan membuka kakinya agak lebar. Setelah itu dengan agak tidak sabar, batang kejantananku yang terus membesar keras, kuarahkan ke kelaminnya, lalu kusorong masuk sampai ke pangkalnya. Maryati kembali terpekik.

Dan pekik itu semakin kerap terdengar ketika  batang kejantananku keluar masuk dengan cepat di liang sanggamanya. Bahkan wanita itu benar-benar menjerit berulangkali dengan mata terbeliak, sehingga aku khawatir suaranya bisa didengar orang di luar. Wanita ini kelihatannya sangat terangsang dengan style bersetubuh seperti itu. Selain batang kejantananku terasa lebih dahsyat menerobos dan menggesek bagian- bagian sensitifnya, dia juga bisa menyaksikan wajahku yang tegang dalam memompanya dari belakang.

Dan tidak seperti sebelumnya, Maryati kali ini dengan suara gemetar mengatakan dia akan keluar. Aku cepat mengangkat tubuhnya kembali ke ranjang. Menelentangkannya di sana, kemudian menyetubuhinya habis-habisan, karena aku juga sedang mempersiapkan saat orgasmeku.

Aku akan melepas  bendungan sperma di kepala kejantananku, pada saat wanita ini memasuki orgasmenya. Dan itu terjadi, sekitar lima menit kemudian. Maryati meregang keras dengan tubuh  bergetar. Matanya yang cantik terbeliak.

Maka orgasmeku segera kulepas dengan hujaman batang kejantanan yang lebih lambat namun lebih kuat serta merasuk sedalam-dalamnya ke liang kewanitaan Maryati. Kedua mata wanita itu kulihat terbalik, Maryati meneriakkan namaku saat spermaku menyembur berulang kali dalam tenggang waktu sekitar delapan detik ke dalam liang senggamanya.

Tangannya dengan kuat merangkul tubuhku dan tangisnya segera muncul. Kenikmatan luar biasa itu telah memaksa wanita ini menangis. Aku memejamkan mata sambil memeluknya dengan kuat, merasakan nikmatnya orgasme  yang bergelombang itu. Ini adalah orgasmeku yang pertama dan penghabisanku dengan  wanita ini. Aku segera berpikir untuk berangkat besok ke Kalimantan, ke tempat pamanku. Mungkin seminggu, sebulan atau lebih menginap di sana.  Aku tidak boleh lagi mengulangi perbuatan ini. Tidak boleh, meski misalnya Maryati memintanya.

Jumat, 27 April 2018

Diperkosa Saat Keluar Kota

Cerita seks /cerita bokep / cerita mesum / cerita panas ., Cerita seks /cerita bokep / cerita mesum / cerita panas / cerita perkosaan.

Saya tersentak bangun waktu kudengar jam wekerku berdering dengan nyaring. “Uhh.. Jam berapakah ini..! ” gumamku perlahan sembari berupaya buka mataku, saya masih tetap malas serta menginginkan kembali tidur, tapi tiba tiba saya teringat kalau hari ini saya mesti cepat-cepat berkemas serta pergi, bila tidak, saya juga akan ketinggal pesawat.

Hari ini saya juga akan pergi ke luar kota, bank swasta tempatku bekerja memberikan tugasku untuk ikuti sebagian program pendidikan di kantor cabang satu diantara kota di daerah Jawa Tengah.

Namaku Melinda tapi rekan-rekan umum menyebutku Linda. Saya dilahirkan dari keluarga yang serba berkecukupan serta saya cuma memiliki satu saudara kandung lelaki, praktis semuanya keinginan serta kebutuhanku senantiasa dipenuhi oleh ke-2 orang tuaku. Saya benar benar begitu di manja oleh mereka. Ayahku datang dari negeri Belanda, sedang ibuku datang dari Menado, saya bersukur karna seperti gadis peranakan biasanya, saya juga tumbuh jadi gadis yang wajahnya cukup cantik.

Sekarang ini usiaku 24 th., wajahku cantik serta kulitku putih mulus, rambutku lurus serta panjang hingga dibawah bahu, badanku juga termasuk juga tinggi serta langsing dipadukan dengan ukuran buah dada yang termasuk juga besar untuk ukuran gadis seusiaku, ditambah sekali lagi, saya begitu rajin menjaga badanku sendiri agar penampilanku bisa selalu terbangun.

“Wah.. Saya belum juga pernah potong rambut nih.. ” gumamku sembari selalu mematut diri dimuka cermin sembari kenakan bajuku. Hari ini saya menggunakan setelan rok coklat tua serta baju putih berkerah, lantas saya gabungkan dengan blazer coklat muda. Saya terasa tampak semakin cantik dengan baju kesayanganku ini, buat saya lebih yakin diri.

Singkat narasi, saya sudah tiba di kota tempatku juga akan bekerja. Saya segera menuju kantor cabangku karna saya mesti selekasnya melapor serta merampungkan pekerjaan.

Sesampai dimuka kantor suasananya tampak begitu sepi, di lobby kantor cuma tampak dua orang satpam yang tengah bertugas, mereka menyebutkan kalau semua karyawan tengah ada kursus di gedung samping. Serta mereka juga berkata kalau saya telah dinanti oleh Pak Bobby di ruangnya di lantai dua, Pak Bobby yaitu pimpinan kantor cabang di kota ini.

“Selamat siang..! Anda Melinda kan..? ” sambut Pak Bobby ramah sembari mempersilakan saya duduk.

“Iya Pak.. Tapi saya umum di panggil Linda.. ” jawabku sopan.

Pak Bobby lalu mengajukan sebagian pertanyaan kepadaku, sembari kadang-kadang bertanya kondisi beberapa pegawai di kantor pusat. Cukup lama juga saya bicara dengan Pak Bobby, nyaris lima belas menit, walau sebenarnya, saya mesti ke gedung samping untuk ikuti diklat, tapi Pak Bobby selalu saja menahanku dengan mengajakku bicara.

Sebenarnya saya sedikit risih lewat cara Pak Bobby memandangku, mulutnya memanglah memajukan pertanyaan kepadaku, tapi matanya selalu memandangi badanku, tatapannya seperti akan menelanjangiku. Dia memerhatikanku dari mulai ujung kaki hingga ujung kepala, kadang-kadang pandangannya tertumpu di sekitaran paha serta buah dadaku.

Saya agak menyesal karena hari ini saya kenakan rok yang agak pendek, hingga pahaku yang putih jadi susah untuk kusembunyikan. Basic mata keranjang, sungutku dalam hati. Baru tidak berapakah lama lalu perbincangan kami juga usai serta Pak Bobby beranjak ke arah pintu mempersilakanku untuk ikuti diklat di gedung samping.

“Terima kasih Pak.. Saya permisi dahulu.. ” jawabku sembari beranjak ke arah pintu.

Perasaanku segera lega karena dari barusan saya sangatlah risih dengan pandangan mata Pak Bobby yang seperti akan menelanku bulat bulat. Pak Bobby membukakan pintu untukku, saya juga berterima kasih sembari jalan melalui pintu itu.

Tapi saya kaget bukanlah kepalang waktu tiba tiba rambutku dijambak serta ditarik oleh Pak Bobby, hingga saya kembali tertarik masuk ke ruang itu, lantas Pak Bobby mendorongku dengan keras hingga saya jatuh terjerembab diatas sofa tempat barusan saya duduk serta bicara dengan Pak Bobby.

“Apa yang Ayah kerjakan..?? Ingin apa Ayah..? ” jeritku 1/2 bergetar sembari memegangi kepalaku yang sakit karena rambutku dijambak sesuai sama itu.

Pak Bobby tidak menjawab, dia jadi mendekatiku sebelumnya setelah tutup pintu ruangnya. Sedetik lalu dia sudah menyergap, mendekap serta menggumuliku, nafasnya mendengus menghembus di sekitaran wajahku waktu Pak Bobby berupaya menciumi bibirku

“Jangan.. Jangann..! Lepasskan.. Ssaya..! ” jeritku sembari memalingkan wajahku hindari terkaman mulutnya.

“Diam..!! ” bentaknya meneror sembari mempererat pelukannya pada badanku.

Saya selalu meronta sembari memukulkan ke-2 tanganku ke atas pundaknya, berupaya melepas diri dari dekapannya, tapi Pak Bobby selalu menghimpitku dengan erat, nafasku hingga tersengal sengal karna tertekan oleh badannya. Bahkan juga saat ini Pak Bobby sudah mengangkat badanku, dia menggendongku sembari tetaplah mendekap pinggangku, lantas dia menjatuhkan dianya serta badanku diatas sofa dengan tempat saya berada di sisi bawah, hingga saat ini badanku terhimpit oleh badannya.

Saya selalu menjerit serta meronta, berupaya keluar dari dekapannya, lantas pada satu peluang saya sukses menendang perutnya dengan lututku sampai buat badannya terjajar ke belakang. Dia terhenyak sembari memegangi perutnya, kupergunakan peluang itu untuk lari ke arah pintu.

Saya nyaris hingga di pintu keluar waktu badanku kembali tertarik ke belakang, rupanya Pak Bobby sukses meraih blazerku serta menariknya sampai lepas dari badanku, tidak lama kemudian saya telah ada didalam dekapannya kembali.

“Bajingann..! Bebaskan saya..! ” jeritku sembari memakinya.

Tenagaku telah mulai habis serta suaraku juga telah mulai parau, Pak Bobby masih tetap selalu memelukku dari belakang sembari mulutnya berupaya menciumi leher serta tengkukku, sesaat tangannya menelikung ke-2 tanganku, buat tanganku tertekan serta tidak bisa bergerak.

“Jangann..! Biadab.. Bebaskan sayaa..! ” saya kembali menjerit parau.

Air mataku telah meleleh membasahi pipiku, waktu tangan Pak Bobby membetot keras baju putihku, buat semua kancingnya lepas serta berjatuhan diatas lantai. Saat ini badan sisi atasku jadi 1/2 terbuka, mata Pak Bobby makin melotot lihat buah dadaku yang masih tetap terlindung dibalik bra hitamku, kemudian, dia menarik baju yang masih tetap melekat di bahuku, serta selalu menariknya hingga menuruni lenganku, hingga pada akhirnya Pak Bobby menggerakkan tangannya, melemparkan baju putihku yang sudah lepas dari badanku.

“Lepasskann..!! ” jeritku waktu satu tangannya mulai bergerak meremasi samping payudaraku.

Tubuhku mengelinjang hebat menahan ngilu di buah dadaku, tapi dia tidak berhenti, tangannya jadi makin keras meremas buah dadaku. Semua badanku bergetar keras waktu Pak Bobby menyelinapkan tangannya ke balik bra hitamku serta mulai kembali meremas payudaraku dengan kasar, sembari kadang-kadang menjepit serta mempermainkan puting buah dadaku dengan jarinya, sesaat mulutnya selalu menjilati leherku dengan buas.

Pak Bobby telah juga akan menarik terlepas bra yang kukenakan, waktu ketika yang berbarengan pintu depan ruangnya terbuka, serta keluar seseorang lelaki dengan muka yang terlihat kaget.

“Ada apa nih Pak Bobby..? ” serunya, sembari memandangi badanku.

“Lepaskan saya.. Pak..! Tolong saya..! Pak Bobby juga akan memperkosa saya..! ” jeritku memohon pertolongan dari orang itu.

Perasaanku sedikit lega waktu lelaki itu keluar, saya mengharapkan dia juga akan menolongku. Tapi perkiraanku nyatanya salah..

“Wah Pak.. Ada barang baru sekali lagi nih. Cantik juga..! ” seru lelaki itu sembari jalan mendekati kami, saya segera lemas mendengar kata-katanya, nyatanya lelaki ini sama bejatnya dengan Pak Bobby.

“Ada pesta kecil..! Cepat Han.!! Lu pegangi dia..! Cewek ini binal banget” jawab Pak Bobby sembari tetaplah mendekap badanku yang masih tetap selalu berupaya meronta.

Sedetik lalu lelaki itu telah ada di depanku, tangannya segera meraih serta merengkuh pinggangku merapatkan badannya dengan badanku, saya betul-betul tidak bisa bergerak, tertekan oleh lelaki itu serta Pak Bobby yang ada di belakangku, lantas tangannya bergerak ke arah bra-ku, serta dengan sekali sentak, dia sukses merenggut bra itu dari badanku.

“Tidak.. Tidak..! Janganlah kerjakan..!! ” jeritku cemas.

Tangisku meledak, saya demikian ketakutan serta putus harapan sampai semua bulu kudukku merinding, serta saya makin gemetar ketakutan waktu lelaki yang nyatanya bernama Burhan itu mengambil langkah ke belakang, sedikit menjauhiku, dia diam sembari memandangi buah dadaku yang sudah terbuka, pandangannya seperti akan melahap habis payudaraku.

“Sempurna..! Besar serta padat.. ” gumamnya sembari selalu memandangi ke-2 buah dadaku yang menggantung bebas.

Kemudian dia kembali beranjak mendekatiku, mendongakkan kepalaku serta melumat bibirku, sesaat tangannya segera mencengkeram buah dadaku serta meremasnya dengan kasar. Nada tangisanku segera berhenti waktu mulutnya menciumi bibirku, kurasakan lidahnya menjulur didalam mulutku, berupaya meraih lidahku. Saya tercekat waktu tangannya bergerak ke arah selangkanganku, menyelinap ke balik rokku, saya segera tersentak kaget waktu tangannya merengkuh vaginaku. Kukumpulkan sisa-sisa tenagaku lantas dengan sekuat tenaga kudorong badan Pak Burhan.

“Tidak.! Tidak..! Bebaskan saya.. Bajingan kalian..! ” saya menjerit sembari menendang-nendangkan kakiku berupaya menghindari lelaki itu dari badanku.

“Ouh.. Ssakit..!! ” keluhku waktu Pak Bobby yang ada di belakangku kembali mendekapku dengan lebih erat. Kutengadahkan kepalaku, kutatap muka Pak Bobby, saya memohon agar dia melepaskanku.

“Tolonngg.. Hentikann Pak..!! Saya.. Mohon.. Bebaskan saya.. ” ucapku mengharap belas kasihannya.

Kondisiku waktu itu telah betul-betul berantakan, badan sisi atasku telah betul-betul telanjang, buat ke-2 payudaraku tampak menggantung serta tak akan tertutup oleh apa pun. Saya begitu takut, mereka semakin lebih bernafsu sekali lagi lihat kondisi badanku yang telah 1/2 telanjang ini, terlebih sekarang ini badanku tengah ditelikung oleh Pak Bobby dari belakang sampai tempat itu buat dadaku jadi terdorong ke depan serta automatis buah dadaku juga turut membusung.

Sebagian waktu lalu Pak Bobby tiba tiba mengendorkan dekapannya pada badanku serta pada akhirnya dia melepaskanku. Saya nyaris tidak yakin kalau Pak Bobby ingin melepaskanku, walau sebenarnya waktu itu saya sangatlah putus harapan, saya sadar saya nyaris mustahil lolos dari tekanan ke-2 lelaki itu.

Tidak ingin menyia-nyiakan peluang itu, saya segera lari secepat-cepatnya ke arah pintu, tapi bebrapa sekali lagi saya kalah cepat, Pak Burhan telah menghambat di depanku serta segera menghunjamkan pukulannya ke arah perutku.

“Arghh..!! Sshh.. Ouhh.. ” saya mengeluh kesakitan.

Kupegangi perutku, saat itu juga, saya segera jatuh terduduk, nafasku tersengal-sengal menahan sakit yang tidak terkira. Belum juga hilang rasa sakitku, mereka berdua segera menyerbu ke arahku.

“Pegangi tangannya Han..!! ” seru Pak Bobby sembari mendorong badanku hingga saya jatuh terjengkang diatas lantai.

Saat itu juga Pak Burhan telah ada diatas kepalaku serta mencengkeram ke-2 tanganku, sesaat Pak Bobby ada dibawah badanku, mendekap ke-2 kakiku yang berupaya menendangnya. Dia telah seperti kemasukan setan, melepasi sepatu hak tinggiku, merobek stokingku serta mencabik cabik rok yang kukenakan serta pada akhirnya dia merenggut dengan paksa celana dalamku, melolosinya dari ke-2 kakiku serta melemparkannya ke lantai.

“Lepasskann..! Lepasskan..! Tolongg.. Janganlah perkosa sayaa..! ” jeritanku semakin keras di sela-sela keputusasaan.

Saya telah tidak mampu sekali lagi menahan mereka yang kelihatannya makin bernafsu untuk memperkosaku, air mataku semakin deras mengalir membasahi ke-2 pipiku, kupejamkan mataku, bulu kudukku segera bergidik, saya tidak mampu memikirkan bila hari ini saya juga akan diperkosa oleh mereka.

“Jangann.. Ahh.. Tolongg..! ” saya menjerit histeris waktu Pak Bobby melepas pegangannya pada ke-2 kakiku.

Dia berdiri sembari melepas bajunya sendiri dengan begitu tergesa-gesa. Saya sadar, lelaki ini sebentar sekali lagi juga akan menggagahiku. Saat itu juga kurapatkan ke-2 kakiku serta kutarik ke atas sampai menutupi beberapa dadaku, sesaat ke-2 tanganku tetap masih di dekap erat oleh Pak Burhan. Tiba tiba Pak Bobby berjongkok, dia segera menarik ke-2 kakiku, merenggangkannya serta lalu memposisikan badannya diantara ke-2 pangkal pahaku.

“Jangann..!! ” keluhku lemah serta putus harapan, sembari bertahan untuk tetaplah merapatkan ke-2 kakiku, tapi tenaga Pak Bobby tambah lebih kuat di banding dengan tenagaku.

Saya terhenyak waktu Pak Bobby mulai menindihku, membuatku jadi sesak serta susah untuk bernafas, buah dadaku tertekan oleh dadanya, sesaat perutnya melekat diatas perutku.

“Arghh..!! Jangann..! Sakiitt..!! ” rintihku sembari berupaya menggeser pinggulku ke kiri serta ke kanan, waktu kurasakan kemaluannya bergesekan dengan bibir kemaluanku.

“Sakiitt..! ” saya kembali mengerang waktu kepala penisnya mulai masuk kedalam liang vaginaku.

Berbarengan dengan itu, tangan Pak Bobby bergerak, menjambak rambutku serta menariknya hingga kepalaku terdongak, lalu Pak Bobby dengan kasar melumat bibirku sembari selalu mengutamakan badannya ke arah selangkanganku. Kurasakan kesakitan yang mengagumkan didalam liang vaginaku waktu batang penisnya selalu melesak masuk menghunjam kedalam lubang kemaluanku.

“Ahh..! Jangann..! Sakiitt..! ” saya kembali menjerit dengan keras waktu batang penisnya menembus serta merobek selaput daraku.

Badanku melenting ke atas menahan sakit yang sangat begitu. Kuangkat kakiku serta kutendang-tendangkan, saya berupaya tutup ke-2 kakiku, tapi tetaplah saja batang penis itu tenggelam didalam vaginaku. Saya benar-benar tersiksa dengan kesakitan yang menimpa vaginaku. Kuhempaskan wajahku ke kiri serta ke kanan, buat beberapa wajahku tertutup oleh rambutku sendiri, mataku membeliak serta semua badanku mengejang hebat. Kukatupkan mulutku, gigiku bergemeretak menahan sakit serta ngilu, nafasku seperti tercekat di tenggorokan serta tanpa ada sadar kucengkeram keras tangan Pak Burhan yang tengah memegang ke-2 tanganku.
Saya masih tetap selalu merintih serta menangis, saya selalu berupaya menendang-nendangkan ke-2 kakiku waktu Pak Bobby menarik batang penisnya hingga tinggal kepala penisnya saja yang ada didalam liang vaginaku, lantas menghunjamkannya kembali kedalam liang rahimku. Pak Bobby telah betul-betul kesetanan, dia tidak perduli melihatku yang demikian kesakitan, dia selalu bergerak dengan keras didalam badanku, memompaku dengan kasar sampai buat badanku turut terguncang turun naik ikuti pergerakan badannya.

“Ahh.. Sshh.. Lepaskann..! ” jeritanku melemah waktu kurasakan pergerakannya semakin cepat serta kasar didalam liang kemaluanku, buat badanku semakin terguncang dengan keras, buah dadaku juga turut mengeletar.

Lalu Pak Bobby mendaratkan mulutnya di buah dadaku, menciumi serta mengulum puting payudaraku, kadang-kadang dia menggigit puting buah dadaku dengan giginya, buat saya kembali terpekik serta melenguh kesakitan. Lalu mulutnya bergerak menjilati belahan dadaku serta kembali melumat bibirku, saya cuma dapat diam serta pasrah waktu lidahnya masuk serta menari-nari didalam mulutku, kelihatannya dia begitu senang karna sudah sukses menggagahi serta merenggut keperawananku.

Perlahan dia hentikan pergerakannya memompa badanku, melesakkan kemaluannya didalam liang vaginaku serta menahannya disana sembari tetaplah memelukku dengan erat. Kemudian dia turunkan mulutnya ke sekitaran leher serta pundakku, menjilatinya serta lalu menyedot leherku dengan keras, buat saya melenguh kesakitan. Cukup lama Pak Bobby menahan penisnya didalam liang kemaluanku, serta saya bisa rasakan kemaluannya berdenyut dengan keras, denyutannya menggetarkan semua dinding liang vaginaku, lantas dia kembali bergerak memompa diriku, memperkosaku perlahan pelan, lantas cepat serta kasar, demikian berulang ulang. Kelihatannya Pak Bobby begitu nikmati pemerkosaannya pada diriku.

Saya meringis sembari tetaplah pejamkan ke-2 mataku, tiap-tiap pergerakan serta hunjaman penisnya merasa begitu menyiksa serta menyakiti semua badanku, hingga pada akhirnya kurasakan mulutnya semakin keras menyedot leherku serta mulai menggigitnya, saya menjerit kesakitan, tapi tangannya jadi menjambak serta meremas rambutku. Badannya semakin rapat menyatu dengan badanku, dadanya semakin keras menekan buah dadaku, membuatku semakin susah bernafas, lantas dia mengatupkan ke-2 kakiku serta menahannya dengan kakinya sembari selalu memompa badanku, kemaluannya bergerak semakin cepat didalam vaginaku, lalu dia merengkuh badanku dengan kuat hingga betul-betul menyatu dengan badannya.

Saya sadar Pak Bobby juga akan berejakulasi didalam badanku, mendadak saya jadi demikian cemas serta ketakutan, saya tidak ingin hamil karna pemerkosaan ini, fikiranku jadi demikian kalut waktu kurasakan batang kemaluannya semakin berdenyut-denyut tidak teratasi didalam liang rahimku.

“Jangann..! Janganlah.. Didalam..! Lepasskan..!! ” jeritku histeris waktu Pak Bobby menghentakkan penisnya sekian kali sebelumnya pada akhirnya dia membenamkanya didalam liang kemaluanku.

Semua badannya menegang serta dia mendengus keras, berbarengan dengan itu saya meraskan cairan hangat menyemprot serta membasahi liang rahimku, Pak Bobby sudah orgasme, menyemburkan sperma untuk sperma kedalam vaginaku, buat dinding vaginaku yang lecet semakin merasa perih.

Saya meraung keras, tangisanku kembali meledak, kutahan nafasku serta kukejangkan semua otot-otot perutku, berupaya mendorong cairan spermanya supaya keluar dari liang vaginaku, hingga pada akhirnya saya menyerah. Berbarengan dengan itu badan Pak Bobby jatuh terbaring lemas diatas badanku sesudah semua cairan spermanya isi serta membanjiri liang rahimku.

Mataku memandang kosong serta hampa, menerawang langit-langit ruang itu. Air mataku masih tetap mengalir, fikiranku kacau, saya tidak paham sekali lagi apa yang perlu kuperbuat sesudah peristiwa ini, kesucianku sudah terenggut, ke-2 bajingan ini sudah merenggut kegadisan serta masa depanku, tapi yang lebih menakutkanku, bagaimana bila kelak saya hamil..! Saya kembali terisak meratapi penderitaanku.

Tapi rupanya penderitaanku belum juga selesai.
Pak Bobby bergerak bangun, melepas himpitannya dari badanku, saya kembali merintih, menahan perih waktu batang kemaluannya tertarik keluar dari liang kemaluanku. Kuangkat kepalaku, kulihat ada bercak darah bercampur dengan cairan putih di sekitaran pangkal pahaku. Saya menangis, pandanganku nanar, kutatap Pak Bobby yang tengah jalan menjauhiku dengan pandangan penuh dendam serta amarah.

Semua badanku merasa begitu lemah, kucoba untuk bangun, tapi Pak Burhan telah ada di sampingku, dia menggerakan tangannya, menggulingkan badanku serta mulai menggumuli badanku yang menelungkup, saya diam tidak bergerak waktu Pak Burhan menciumi semua punggungku, tidak lama kemudian dia bergerak ke arah belakang badanku, merengkuh pinggangku serta menariknya ke belakang. Saya terhenyak, badanku terbawa ke belakang, lantas Pak Burhan mengangkat pinggulku ke atas, buat tempatku jadi 1/2 merangkak, kutopang badanku dengan ke-2 tangan serta lututku, kepalaku menunduk lemas, rambut panjangku tergerai menutupi semua wajahku, kepanikan kembali melandaku waktu kurasakan batang penisnya melekat serta bergesekan dengan bibir vaginaku.

“Linda..! Anda memang sungguh-sungguh cantik serta seksi.. ” gumam Pak Burhan sembari tangannya meremasi pantatku, sesaat batang penisnya selalu menggesek-gesek di bibir vaginaku.

“Ahh.! Sakiitt..! Sudahh.. Telah..! Hentikann..!! jeritku menahan sakit waktu kemaluannya mulai melesak masuk kedalam liang vaginaku.

Kuangkat punggung serta ke-2 lututku, hindari hunjaman batang penisnya, tapi Pak Burhan selalu menahan badanku, memaksaku untuk tetaplah membungkuk. Semua otot di punggungku menegang, tanganku mengepal keras, saya betul-betul tidak kuasa menahan perih waktu penisnya selalu melesak masuk, menggesek dinding vaginaku yang masih tetap luka serta lecet karena pemerkosaan pertama barusan, kugigit bibirku sendiri waktu Pak Burhan mulai bergerak memompa badanku.

“Lepasskan..! Telah..! Hentikaann..!! ” jeritku putus harapan.

Nafasku kembali tersengal sengal, tapi Pak Burhan selalu memompaku dengan kasar sembari tangannya meremasi pantatku, kadang-kadang tangannya merengkuh pinggulku, menahan badanku yang berupaya merangkak menjauhi badannya, semua badanku kembali terguncang, terombang ambing oleh pergerakannya yang tengah memompaku.

Tiba tiba kurasakan wajahku terangkat, kubuka mataku serta kulihat Pak Bobby berjongkok di depanku, mencapai daguku serta mengangkatnya, Pak Bobby tersenyum menatapku dengan muka penuh kemenangan, memandang buah dadaku yang menggantung serta menggeletar, meremasnya dengan kasar, lantas Pak Bobby mendekatkan berwajah, menyibakkan rambutku yang tergerai, tidak lama kemudian, mulutnya kembali melumat bibirku, mataku terpejam, air mataku kembali meleleh waktu mulutnya dengan rakus menciumi bibirku.

“Ahh..!! ” saya terpekik perlahan waktu Pak Burhan menyentakkan badannya serta menekanku dengan kuat.

Batang penisnya merasa berdenyut keras didalam lubang kemaluanku, lantas kurasakan cairan hangat kembali menyembur didalam liang rahimku, saya menyerah, saya telah tidak miliki kemampuan sekali lagi untuk melawan, kubiarkan saja Pak Burhan menyemburkan serta isi liang kemaluanku dengan cairan spermanya.

“Periihh..!! ” rintihku perlahan.

Pak burhan masih tetap pernah menghunjamkan kemaluannya sekian kali sekali lagi kedalam liang vaginaku, menggunakan sisa sisa ejakulasinya didalam liang rahimku sebelumnya pada akhirnya dia menariknya keluar melalui bibir vaginaku yang makin merasa perih.

Sedetik lalu satu kepalan tangan mendarat di wajahku. Saya terlempar ke samping, pandanganku berkunang kunang, lantas gelap. Saya jatuh pingsan. Waktu siuman saya dapatkan bebrapa photo telanjangku berantakan di samping badanku dengan satu pesan..

“Pastikan..! Cuma Kita Bertiga yang Tahu..!! ”











Rabu, 25 April 2018

Karena Jimat Diperkosa Dukun

https://www.facebook.com/Tante-Jaman-Now-203509113738234/



Vivi tidak bisa menerima sikap dan tindakan Ardi akhir-akhir ini yang ia lihat sudah melupakan dan membiarkan keluarganya. Tindakan ini dilihat Vivi saat Ardi akan pergi ke luar kota untuk meninjau perusahaannya di kota lain.

Vivi menduga pasti Ardi telah melakukan suatu perselingkuhan dan menyeleweng dikarenakan Ardi tidak lagi memberikan nafkah batin untuk Vivi, sedangkan Ardi selalu pergi ke luar kota setiap minggu dengan begitu hubungan seks-nya dengan istrinya pasti tersalur, sedang saat ini Ardi telah lupa akan kewajibannya.

Siapa wanita yang telah merebut Ardi dari tangannya, Vivi tidak mengetahui. Oleh sebab itu Vivi sering merenung dan berpikir apakah selama ini ia tidak melayani kebutuhan dan kesenangan suaminya, namun semua itu ia rasa tidak mungkin dan sepengetahuannya ia selalu melayani dan melaksanakan kesenangan dan kesukaan suaminya. Sedang kalau ia lihat bentuk tubuhnya yang mungkin telah berubah? namun ia sadari tidak mungkin juga, Vivi menyadari ia dan Ardi telah berumah tangga kurang lebih 6 tahun dan dikaruniai 2 orang anak yang paling besar berumur 5 tahun, mustahil bentuk tubuhnya akan menyebabkan Ardi berpaling.

Di depan cermin sering Vivi mengamati tubuhnya, ia pun rajin senam dan melangsingkan tubuhnya, namun apa gerangan Ardi berubah dan tidak mau menjamahnya? Secara fisik Vivi memang seorang ibu rumah tangga yang telah beranak dua, namun jika melihat tubuh dan kulitnya banyak membuat gadis yang iri karena bentuk tubuhnya amat serasi dan menggiurkan setiap lelaki yang menatapnya.

Umur Vivi baru 32 tahun, di saat itu ia butuh pelampiasan birahi jika malam hari menjelang, namun sikap Ardi telah membuatnya menjadi tidak percaya diri. Atas saran teman karibnya yang juga ibu rumah tangga dan wanita karir, maka Vivi disarankan untuk meminta tolong pada seorang dukun sakti yang bisa mengembalikan suami dan membuat Ardi bertekuk lutut kembali. Ini telah lama di coba Lusi, dulunya suaminya juga menyeleweng. Namun atas bantuan dukun itu suaminya telah melupakan wanita simpanannya.

Dengan saran dan nasehat dari karibnya itu Vivi memberanikan diri untuk datang ke tempat dukun itu walaupun jaraknya agak jauh kurang lebih 2 jam perjalanan dengan mobilnya. Dengan bantuan Lusi, Vivi mengemudikan Balenonya ke tempat dukun itu. Mereka berangkat pagi harinya. Sesampai di gubuk dukun yang memang terpencil di sebuah kampung itu, Vivi memarkirkan mobilnya di samping gubuk itu. Lalu Lusi mengetuk pintu gubuk itu dan dengan adanya sahutan dari dalam mempersilakan mereka berdua masuk, di dalam telah ada dukun itu yang duduk dengan sambil menghisap rokoknya.

“Ooo… Bu Lusi? ada apa Bu? ada yang bisa saya bantu?” dukun itu berbasa basi.
“Eee… ini Mbah, teman saya ini ada masalah dengan suaminya, namun ia ingin suaminya seperti sedia kala lagi…” jawab Lusi.

Lalu Lusi memperkenalkan sang dukun yang bernama Mbah Dudu itu kepada Vivi. Sambil berjabat tangan Mbah Dudu mempersilakan kedua wanita itu untuk duduk bersila di lantai gubuknya itu. Sepintas Vivi merasa agak risih dari mulai ia memasuki gubuk itu. Ada perasaan tidak enak namun karena keinginannya mengembalikan suaminya ia tidak mengambil pusing semuanya. Tanpa ia sadari dari saat ia masuk dan bersalaman dengan Vivi mata mbah dukun itu tidak henti-hentinya memandang ke arah Vivi. Lalu ia memanggil Vivi untuk maju selangkah ke arahnya, dan Vivi diperintahkan untuk memasukkan tangannya ke dalam wajan yang berisi air kembang, lalu Mbah Dudu membakar menyan dan membaca mantranya.

Tidak berapa lama kemudian ia buka matanya dan berkata bahwa mata hati suaminya telah dipengaruhi oleh wanita simpanan Ardi dan membuat Ardi melupakan keluarganya. Atas saran mbah dukun supaya Ardi kembali maka Vivi harus memakai jimat yang akan dibuatkannya, asal Vivi mau menjalani syarat-syaratnya dan itu semua terpulang kepada Vivi.

Karena besarnya keinginan agar Ardi kembali, maka Vivi menyanggupi segala syarat-syaratnya. Setelah itu sang dukun berkata bahwa besoknya Vivi akan mendapatkan jimat itu dan akan dipasangkan ke tubuh Vivi dan akan dibuatkan malam ini. Mbah Dudu adalah lelaki asal Nias yang telah lama memiliki ilmu yang amat sakti. Tidak sedikit orang yang telah dibantunya. Mbah Dudu tinggal seorang diri di gubuk itu dan tidak memiliki istri. Umurnya telah beranjak tua yaitu 70 tahun namun fisik dan sosoknya tidak menggambarkan ketuaan. Selanjutnya Vivi minta diri dan menitipkan amlop untuk memenuhi syarat-syaratnya, dan berjanji besok akan datang. Lalu Lusi minta diri kepada Mbah Dudu, lalu mereka pulang ke rumah dan besok Vivi harus mengambil jimatnya.

Besok hari yang telah ditentukan, Vivi minta Lusi membantu menemaninya ke tempat dukun itu, namun karena adanya kesibukan di kantornya maka Lusi tidak dapat menemani. Dan berangkatlah Vivi mengendarai Balenonya seorang diri ke tempat dukun itu. Lebih kurang 1,5 jam perjalanan Vivi, sampailah di gubuk itu dan memarkirkan mobilnya di samping gubuk, sedangkan hari saat itu telah mendung dan berangin sepertinya hari akan hujan. Lalu Vivi mengetuk pintu gubuk dan kemudian pintu itu dibuka Dudu dari dalam dan mempersilakan masuk.

Lalu Vivi masuk ke gubuk dan duduk di lantai. Lalu Mbah Dudu meminta Vivi untuk langsung ke depan dan menerima saran dan cara-cara memakai jimat itu. Vivi diharuskan untuk berbaring dan memakai kain sarung lalu menelentangkan diri, karena jimat itu akan dipasangkan pada tubuh Vivi yang biasa di sentuh suaminya. Lalu Vivi minta ijin untuk memakai sarung yang dipinjamkan sang dukun di kamar yang telah tersedia.

Dalam kamar itu, hanya ada satu dipan kayu yang telah lama dan saat itu Vivi membuka seluruh pakaianya, sedang BH dan CD-nya tetap terpasang pada tubuhnya. Sesaat kemudian sang dukun memasuki kamar itu dan minta Vivi berbaring di dipan itu. Vivi menuruti kata dukun itu, lalu Mbah Dudu memulai melakukan aktifitasnya dengan memasangkan cairan jimat itu mula-mula ke kulit muka Vivi lalu turun ke leher jenjang dan ke dada yang masih tertutup BH. Sesampai pada dada Vivi sang dukun menyadari adanya getaran birahinya mulai datang dan lalu di sekitar dada Vivi ia oleskan cairan itu, tangan sang dukun masuk ke dalam dada yang terbungkus BH. Di dalam BH itu tangan Dudu memilin dan memilintir puting susu Vivi, dengan cara itu Vivi secara naluri seksnya terbangkit dan membiarkan tindakan sang dukun yang memang kelewatan dari tugasnya itu, Vivi hanya diam. Lalu sang dukun membuka pengait BH Vivi dan melemparkan BH itu ke sudut kaki dipan itu dan terpampanglah sepasang dada montok yang putih mulus kemerahan karena gairah yang dipancing Mbah Dudu itu.

Di sekitar dada itu sang dukun mengoleskan jimatnya berulang-ulang sampai Vivi merasa tidak kuat menahan nafsunya. Lalu sang dukun tangannya turun ke perut dan ke selangkangan Vivi. Di situ tangan sang dukun memasuki selangkangan Vivi, tindakan ini membuat Vivi protes,“Jangan! saya mau diapakan Mbah?” tanyanya.

“Ooo… ini adalah pengobatannya, Lusi pun dulunya begini juga,” jawab mbah dukun sambil mengatur nafasnya yang terasa sesak menahan gejolak nafsu. Di lubang kemaluan Vivi, jari tangan sang dukun terus mengorek-ngorek isi kemaluan Vivi sehingga Vivi merasakan ia akan menumpahkan air surgawinya saat itu. Sambil membuka kain sarung yang melilit tubuh Vivi sang dukun lalu menurunkan CD yang menutup lubang kemaluan Vivi itu. Lalu ia letakkan CD Vivi di samping dipan yang beralaskan bludu usang itu. Sesaat kemudian Vivi telah telanjang bulat dan jari tangan sang dukun tidak henti-hentinya beraksi di sekitar daerah sensitif tubuh Vivi. Sedang jimatnya telah dioleskan pada seluruh bagian-bagian tubuh Vivi.

Lalu tibalah saat untuk memasukkan keampuhan jimatnya, maka sang dukun minta kepada Vivi untuk mau bersengggama karena jimat itu tidak akan bisa dipakai jika Vivi tidak melakukan senggama dengan dukun itu. Karena Vivi telah merasa kepalang basah dan ingin niatnya kesampaian maka ia ijinkan sang dukun melakukan persenggamaan. Lalu tangan sang dukun membuka paha Vivi yang mulus terawat itu. Lalu ia buka lubang kemaluan Vivi dengan tangannya dan memainkan klitoris Vivi dan kembali Vivi histeris ingin dituntaskan nafsu yang telah sampai di kepalanya, ditambah telah beberapa bulan tidak berhubungan seks dengan suaminya.

Mbah dukun yang telah sama-sama-sama bugil dengan Vivi lalu memasukkan batang kemaluannya yang cukup besar itu dan kuat ke dalam lubang kemaluan Vivi yang telah dibasahi air kewanitaan Vivi yang tampaknya siap untuk melakukan penetrasi ke dalam lubang kemaluan yang telah basah itu. Setelah dipaksakan agak keras lalu batang kemaluan yang tegak menantang masuk seluruhnya ke dalam lubang kemaluan Vivi, dan Mbah Dudu melakukan gerakan maju mundur, sedang tangannya tidak henti-hentinya memilin dan menekan pinggul padat Vivi itu. Buah dada Vivi tidak luput dari jelajahan tangan sang dukun.

Lebih kurang 30 menit lubang kemaluan Vivi digenjot dengan paksa lalu sang dukun barulah sampai klimaks dengan menumpahkan air maninya ke dalam lubang kemaluan itu sebanyak-banyaknya. Sedangkan air yang keluar dari lubang kemaluan Vivi itu ia oleskan ke lidah Vivi untuk kasiat bahwa Vivi tidak bisa dilupakan suaminya. Dalam persenggamaan itu Vivi sempat orgasme 3 kali, itu pun saat ia terengah-engah di saat batang kemaluan sang dukun mengaduk-aduk isi kemaluanya tadi.

Sejam kemudian barulah permainan itu selesai setelah sang dukun minta permainan dilakukan 2 kali. Setelah itu Vivi minta diri pulang dan membawa yang akan ia pakaikan di rumahnya saat mandi. Mbah dukun mengatakan ada jimat yang akan dipasang di dalam kamar Vivi namun belum siap, dan mbah dukun berjanji akan mengantarkannya ke rumah Vivi 2 hari lagi.

Tepat 2 hari kemudian sang dukun mendatangi rumah Vivi yang megah. Saat itu suami Vivi belum pulang dari luar kota dan di rumah saat itu hanya ada ia dan seorang pembantunya yang sedang menjaga anak-anaknya. Sang dukun berkata, “Bu Vivi, jimat ini akan saya pasangkan pada kamar Ibu nanti malam,” sedangkan Vivi merasa khawatir, bagaimana jika suaminya pulang. Namun karena kesaktiannya, sang dukun berkata, “Bu Vivi nggak usah khawatir, suami Ibu pulang lusa, sedang ia sekarang menurut penglihatan saya sedang di Lampung,” kata sang dukun.

Lalu bagaimana ia menerangkan kepada pembantunya karena adanya kehadiran dukun tua itu? Lalu ia hanya berkata bahwa familinya dari kampung dan menumpang barang 1 hari di rumahnya. Lalu Vivi mempersilakan sang dukun untuk istirahat di sebuah kamar yang memang diperuntukkan untuk tamu. Lalu sang dukun memasuki kamar yang telah disediakan.

Malam harinya saat akan memasangkan jimat di kamar Vivi, dilakukan pada pukul 9.00 malam, sedang pembantunya telah tidur di kamar belakang, tempat kamar tidur pembantu memang jauh di belakang dan tidak mengganggu ke rumah induk tempat kamar Vivi berada. Di dalam kamar itu sang dukun melakukan ritualnya dengan membaca mantera, lalu ia membakar menyan, sedang Vivi duduk diam melihat apa yang dilakukan sang dukun dari atas tempat tidurnya.

Lalu sang dukun berkata, “Sebaiknya jimat ini kita pasangkan pada saat tepat jam 12.00 malam nanti, berarti masih ada waktu 3 jam lagi, Bu Vivi…” katanya. “Sekarang sebaiknya kita ngomong-ngomong saja dulu menunggu waktu,” kata sang dukun. “Baiklah Mbah,” lalu Vivi mempersilakan sang dukun keluar kamar.

Bagaimanapun ia merasa berat hati untuk membawa dukun itu ke dalam kamar pribadinya. Sang dukun berkata, “Tidak usah keluar… Bu Vivi… di sini saja.” Lalu sang dukun berdiri dari duduknya dan menuju ke arah Vivi duduk dan mbah dukun itu juga duduk di samping Vivi. Lalu tangannya menggapai tangan Vivi dan berkata, “Sebaiknya kita berdua melakukan seperti saat Ibu di gubuk saya, sebab jika tidak para jin yang membantu saya akan lari dan tidak mau menolong Ibu,” kata mbah dukun.

Vivi hanya bergidik, bulu kuduknya merinding. Haruskah ia mengulangi kesalahan saat ia harus bersenggama dengan dukun itu di gubuknya? Namun karena adanya pengaruh dan keinginan Vivi maka ia biarkan sang dukun mengulangi perbuatan maksiat itu di kamarnya, saat itu Vivi memang merasa menjadi seorang wanita sempurna karena ia telah mendapatkan siraman batin dari dukun tua itu meskipun tidak ia dapatkan dari suaminya.

Lebih kurang 2 jam mereka berdua mengayuh samudera kenikmatan bersama sang dukun dan membuat Vivi orgasme berulang-ulang dan membuat lubang kemaluannya sampai lecet karena kebuasan batang kemaluan dukun yang sangat besar itu. Lalu tepat pada jam 12 malam barulah jimat itu terpasang pada bawah ranjang Vivi dan menjelang pagi mereka terus melakukan hubungan seksual dengan menggebu-gebu.

Lalu Vivi tertidur dan tidak menyadari hari telah pagi dan sang dukun telah pergi, sedang Vivi merasa tubuhnya pegal-pegal dan tulangnya sepertilost. Sejak saat itu memang jimat pemberian sang dukun ada perubahan pada diri suami Vivi dan ia sangat berterima kasih dan lalu ia mendatangi sang dukun.

Sedang sang dukun cuma minta Vivi tidak melupakannya, dengan cara Vivi harus 2 kali dalam sebulan datang untuk memberikan jatah hubungan seks kepada sang dukun seperti Lusi juga melakukan hal yang sama. Memang setelah itu Vivi selalu rajin mendatangi sang dukun dan terkadang sang dukun yang datang ke rumah Vivi untuk minta jatah senggamanya. Memang sebagai dukun ilmu hitam, Mbah Dudu harus mensenggamai pasiennya, karena dengan demikian si pasien akan mampu disembuhkan dan ilmu sang dukun dapat dipelihara.



















Situs Dewa Poker Online Kerja Sama Dengan Koi365 Sbobet Dan CMD368.

Koi365indo - Situs Dewa Poker Online Kerja Sama Dengan Koi365 Sbobet Dan CMD368. Zaman sekarang situs perjudian telah berkembang pesat d...