Cerita seks /cerita bokep / cerita mesum / cerita panas ., Cerita seks /cerita bokep / cerita mesum / cerita panas / cerita perkosaan
Perkenalkan namaku Dhea, 26 tahun, masih single, aku bekerja sebagai seorang guru SD di Jakarta. Hobiku adalah masturbasi sambil menghayalkan pria pujaanku, fantasi-fantasi liar sering kali tidak dapat kubendung, apalagi semenjak aku jomblo hampir setahun ini. Dan beginilah, belakangan ini jika sedang horny aku tidak kenal tempat untuk memuaskan gejolak birahiku.
Sangkin nikmatnya masturbasi di toilet sekolah, aku sampai tidak menyadari kalau pintu toilet meski kututup tapi tidak kukunci. Aku semakin tidak peduli, yang kutahu aku harus memuaskan birahiku yang sedang terbakar. Kucoba menahan desahanku, meski terkadang terlepas juga desisan desisan kecil dari bibir tipisku.“Sshh..emhhh”
desisan kecil sesekali keluar dari bibir tipisku. Aku membayangkan bercinta dengan pak Roki, guru olah raga baru disekolah tempatku bekerja. Pak Roki sungguh tampan dan tubuhnya yang sangat kekar, tadi siang aku memperhatikannya yang sedang memberi petunjuk cara meregangkan otot kepada murid kelas 6 SD. Ototnya begitu keakar, belum lagi ada tonjolan yang menggelembung di antara pahanya.
Terus terbayang- bayang, aku jadi ga kuat lagi menahan birahiku sampai akhirnya berujung di toilet sekolah ini ketika jam pelajaran berakhir dan sekolah sudah sepi. Aku membayangkan bercinta dengan pak Roki di toilet ini. Dia memompa kontolnya yang besar di vaginaku dari arah belakang. Tubuhnya mendorong tubuhku sehingga aku terpaksa menahan tubuhku di tembok toilet dan sedikit menungging.
Aku mempraktekkannya seolah-olah semuanya nyata, satu tanganku bertopang di dinding dan yang lain membelai klitorisku dari depan.“Uuuh pak Roki”, desisku pelan. aku terus mengejar kenikmatan, keringatku mulai keluar dari atas keningku. Tidak lama aku merasa hampir tiba di ujung kenikmatan itu, namun tiba-tiba, “braaak”, pintu toilet tiba tiba terbuka.
“Bu Dhea”, kata orang yang berdiri di depan pintu toilet dengan mata yang tidak berkedip sedikitpun melihatku. Aku tersentak kaget,“Pak Marson ehhhh…”, kataku kaget ketika melihat pak Marson, cleaning service sekolah yang umurnya sekitar 40 tahun.
Sangkin kagetnya dan tidak tau berbuat apa aku jongkok merapatkan kakiku sangkin kagetnya. Namun tanganku masih berada diantara selangkanganku, aku begitu kaget sampai luapa menarik tanganku.
“Pak Marsoon keluar”, kataku dengan suara pelan. Wajahku pucat sangkin takut dan malunya. Kurang ajar benar dia, bukannya keluar tapi malah cepat-cepat masuk dan menutup pintu kamar toilet dan menguncinya.
“Ngapain pak… keluar,”perintahku dengan tetap berjongkok sambil merapikan rok ku ke bawah yang tadinya tersingkap sampai ke pinggul.“Bu Dhea”, kata Marson sambil mendekatiku dan mendekap tubuhku. Aku bertambah kaget, tapi aku tidak berani berteriak. Aku takut ada orang yang mengetahui kalau aku masturbasi di toilet sekolah.
“Jangaan pak”, kataku berusaha melepaskan dekapannya. Kugeser tubuhku untuk melepaskan diri dari dekapannya, Namun dia tetap mendekapku sampai aku menabrak dinding.“Jangan paak”, kataku takut, dia tidak mendengarkanku, bahkan dia mendekatkan wajahnya dan menciumi leherku,
“Jangaaan”, kataku lagi. Melihat Marson yang begitu beringas dengan nafas mendengus dengus menciumi leherku dan tangannya mulai meraba raba buah dadaku. Aku menyadari kalau aku terjebak. Aku berusaha melawan, dengan sekuat tenaga aku dorong tubuhnya, berhasil, dia terjatuh di lantai toilet. Aku langsung mengambil kesempatan, berdiri ke arah pintu, namun ketika aku mencoba membuka grendel pintu toilet. Tanganku tertahan oleh tangan Marson yang kekar.
“Lepaskan”, kataku. Namun Marson yang sudah kesetanan itu tidak mendengarkanku, dia malah memutar tangan kananku ke belakang tubuhku dengan paksa. Tangannya yang lain menahan tangan kiriku didinding. Aku terjebak, tenaganya kuat sekali, tubuhku seperti terkunci dan tidak bisa bergerak.
“Pak Marson jangan…sakit..lepaskan”, kataku memohon dengan suara memelas.“Bu Dhea… biarkan aku…”, katanya didekat telingaku, dengusan nafasnya sampai terasa menerpa telingaku.“Ahhh lepaskan”, aku memohon lagi begitu mengetahui tubuh kekarnya menekan tubuhku kedinding. Aku sangat takut, ketika merasa ada benda yang keras kenyal menabrak bokongku.“Ahh kontolnya udah tegang, dia akan memperkosaku”, jerit batinku Aku semakin memberontak berusaha melepaskan kuncian tangannya yang menahan kedua tanganku.
“Sebaiknya bu Dhea jangan berisik, nanti ada orang yag dengar, biarlah saya dipukuli orang tetapi saya akan cerita ke semua orang kalau ibu Dhea masturbasi di kamar mandi”, katanya mengancam. Aku mengurangi perlawananku, ancamannya begitu mengena. Apalagi di sekolah aku dikenal sebagai wanita anggun yang berkarisma.
Aku menghentikan perlawananku dan berpikir sejenak. Kesempatan itu tidak disia - siakannya, tangan kananku diletakkan keatas merapat didinding bersatu dengan tangan kiriku, dengan tangan kirinya dia menahan kedua tanganku.
“Jangan paak, kumohhhon jangaan”, aku memelas kepadanya.
Tapi sia-sia, tangan kanannya sudah bebas meraba raba buah dadaku. Dia memeras buah dadaku keras sekali. Ingin rasanya menangis tetapi aku takut malah ada yang dengar.“Aahh bu Dhea..toked bu Dhea gede banget emmhh”, kata-kata kotor yang memuji keindahan tubuhku keluar dari mulutnya.
Kurang puas meraba buah dadaku yang masih ditutupi kemeja, dia menarik kemejaku keatas melepaskan dari dalam rokku. Tangannya yang kasar mulai terasa meraba raba perutku,“Ammpuun pak lepaskan”, kucoba lagi memohon ketika dia mulai memeras buah dadaku.
“Emmh bu Dhea, gede banget toket bu Dhea”, katanya lagi dengan berbisik dari belakang. Dengusan nafasnya yang berderu menandakan dia sangat bernafsu. Dan aku bisa merasakan penisnya sudah sangat keras sekali menabrak nabrak pantatku. Ini semua menandakan dia benar benar sudah sangat ingin menyetubuhiku.
“Bu Dhea ijinkan saya ngentotin bu Dhea”, bisiknya pelan sambil menarik rokku keatas. Aku kaget mendengarnya, tetapi tenagaku tidak cukup kuat melepaskan kuncian tangannya.“Pak..jangan jangan kasihani aku”, kataku memelas. Sepertinya apapun yang kukatakan tidak dapat membendung nafsu setannya, sejenak tidak kurasakan tangan kanannya meraba raba tubuhku. Penasaran apa yang dilakukannya. aku menoleh ke belakang dan alangkah kagetnya..
“Oooh jangan pak”, aku panik ketika melihat ke belakang dia mengeluarkan kontolnya. Meski tidak begitu jelas aku bisa melihat penisnya yang besar dan hitam legam sudah keluar dari sarangnya.
Belum hilang rasa kagetku, Marson menekan tubuhku merapat kedinding. Aku merasakan benda kenyal dan keras mengesek dan menabrak pantatku.“Aduuh pantat bu Dhea montok banget”, katanya meremas remas pantatku. Aku terkaget, aku baru teringat jika ketika masturbasi tadi aku melepas celana dalamku dan celana dalamku masih tergantung di pintu toilet.
“Gawat neh”, pekikku dalam hati mengetahui bokongku tidak dibaluti kain sedikitpun. Pasti dia dengan mudah mencari sasaran tembaknya apa lagi vaginaku udah mengeluarkan cairan karena masturbasi tadi. Aku menjadi panik kembali, aku takut membayangkannya. Kucoba lagi memberontak, tapi tetap sia sia. Aku pasrah, rasanya tidak mungkin lepas. Kurasakan ada benda kenyal sedang menggesek gesek belahan vaginaku yang licin seperti mencari cari sasaran. Akhirnya benda itu berhenti tepat di mulut lubang vaginaku setelah mendapatkan sasaran tembak. Kontol Marson sudah berada tepat di depan mulut vaginaku, aku sungguh tidak berdaya.
“Pak Marson ampun pak”, kataku memohon lagi menyadari dalam hitungan detik kontolnya akan segera masuk kedalam tubuhku.
“Bu Dhea udah lama saya pengen giniin bu Dhea, bu Dhea seksi banget”, katanya, dan tiba tiba kurasakan kontolnya mulai masuk. Aku panik mencoba melawan dengan sisa sisa harapanku. Bukannya terlepas tapi malah karena gerakan tubuhku kontol itu malah terbenam masuk ke dalam lubang vaginaku,
“Aaaah tidaaak”, pekikku dalam hati ketika kurasakan kontolnya terasa terbenam memenuhi vaginaku. Aku menarik nafas, ingin rasanya menangis. Sungguh sial, vaginaku yang sudah basah ketika aku masturbasi tadi malah memudahkan batang itu masuk, tetapi kupikir itu lebih baik. Jika tidak mungkin vaginaku bisa lecet karena ada benda yang memaksa masuk, tapi berkat cairan yang sebelumnya memang udah membanjiri vaginaku membuat kontol Marson yang besar itu pun masuk perlahan menggesek dinding lubang vaginaku perlahan.
“Emmmh bu Dhea, vagina bu Dhea enak banget, ooohhh”, desahnya didekat telingaku ketika kontolnya dibenamkan sedalam dalam mungkin dan terasa menyentuh rahimku,“Ya ampuuun panjang banget kontol laki laki ini, ampuuun”, pekikku dalam hati. Aku berharap kontol itu udah mentok karena terasa sangat keras menabrak rahimku dan terasa sedikit perih, karena jujur aja belum pernah ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku.
Ketika batangan itu amblas, aku terdiam, antara bingung, takut, takjub, nikmat dan kaget. Semuanya berkecamuk dikepalaku… aku benar benar terdiam, tidak bergerak.
Aku pasrah, tidak mengeluarkan sepatah katapun. Tidak kusangka khyalanku bercinta di toilet sekolah, dan disetubuhi dari belakang kesampean juga. Tetapi bedanya bukan dengan pak Roki dan aku tidak menginginkan ini terjadi. Tapi kenyataannya, laki laki yang sedang mendesah desah dibelakangku, yang sedang membenamkan batangannya di lubang surgaku yang berharga adalah pegawai kebersihan alias cleaning service di sekolah kami. Kenyataan yang harus kuterima, Marson sedang menikmati vaginaku, menikmati memompa penisnya keluar masuk di lubang kemaluanku.
“Oooh bu Dhea…ohhh enaknya”, desah Marson ga karuan berkali kali“Emmmh”, aku mendesis kecil, meski aku tidak suka tapi tiba-tiba aku merasakan rasa nikmat meski tersamar oleh rasa takutku. Marson terus mengocok kontolnya tanpa henti, begitu dalam melesak masuk di lubang vaginaku.
Kedua tanganku masih ditahan oleh tangannya yang kekar di dinding toilet.“Oooh ya ampppuuun kontolnya teraasa banget”, teriakku dalam hati. Ketika aku mulai tenang, aku menyadari kalau kontol Marson memang besar dan keras sekali. Gesekan dan tusukan kontolnya begitu mantap memenuhi lubang vaginaku. Terasa banget ada benda yang mengganjal selangkangku, mulai menebarkan rasa nikmat yang menjalar diseluruh tubuhku.
Diam diam aku mulai menikmati diperkosa pria ini, tiap kali dia menggerakkan batang kontolnya, darahku berdesir. Sungguh luar biasa nikmat yang kudapat. Ketika dia menancapkan penisnya kembali ke dalam liangku, aku mendesis pelan. Kucoba tidak mengeluarkan suara, aku terlalu sombong untuk mengakui kalau batangan itu sungguh memberikan kenikmatan padaku. Tetapi tetap saja desisan kecil keluar dari bibirku.
“Mmmh mmmmh”, desisku pelan.“Enakkan bu?”katanya tiba tiba. Ternyata dia mengetahui kalau aku mulai menikmati tusukan kontolnya. Aku terdiam malu, tidak berani berkomentar, kalau kubilang tidak atau memaki makinya. Dia pasti tahu aku bohong karena vaginaku sudah mengeluarkan banyak cairan yang menandakan aku juga terangsang dan menikmati enjotan kontolnya. Aku menundukkan kepalaku dan mencoba menghindari ciuman bibirnya yang mengecup pipi kananku.
“Tunggingin dikit bu Dhea”, katanya sambil menarik pantatku keatas.“Kurang ajaaar… berani beraninya dia malah menyuruhku menungging”, umpatku dalam hati. Tapi aku tidak punya pilihan selain menuntaskan birahinya secepat mungkin, dan berharap agar semuanya secepat mungkin berakhir.
Aku ikuti saja kemauannya dengan menunggingkan sedikit pantatku.“Emmh pantat bu Dhea memang montok banget, ga salah apa yang aku khayalin selama ini”, katanya sambil meremas remas bokongku gemas.
“Gila, ternyata aku sudah lama jadi fantasi laki laki ini”, pikirku dalam hati. Merasa posisiku sudah siap, sambil tangan kirinya menahan pinggulku, dia kembali menggerakkan kontolnya kembali.“Emmh pak pelan”, kataku ketika kurasakan penetrasi kontolnya terasa lebih dalam dari sebelumnya. Mungkin karena aku menunggingkan pantatku sehingga posisi vaginaku benar- benar bebas hambatan. Marson tidak memperlambat kocokannya, dia malah mempercepat, aku mulai mendesah-desah pelan masih menjaga sikapku,“Emmh emmmh”, desisku pelan merasakan gesekan batangannya di lubang vaginaku.
Melihat tubuhku yang terdorong dorong kedepan, Marson sepertinya sengaja melepaskan kedua tanganku sehingga aku dapat menahan tekanan tubuhnya, dengan kedua tanganku bertopang pada tembok.
“Emmmh gila seret banget”, erangnya. Kini kedua-tangannya meremas remas bokongku yang bulat padat sambil tidak berhenti mengocok kontolnya.“Ooh bu oooh”, Marson semakin keras mendesah, aku jadi takut kalau-kalau ada orang yang mendengar desahannya itu.
“Pak Marson..ja..jangan berisik pak..”, kataku memohon takut desahannya didengar orang.“I..i..iya bu emhh abis enak banget”, katanya pelan dengan nafas menderu. Kocokan kontolnya terasa semakin cepat. Kurang puas meremas-remas bokongku. Dia menguakkan belahan pantatku. dan kurasakan satu jarinya membelai anusku. Kontan aja aku menggeliat, pantatku bergoyang ke kanan ke kiri karena kegelian.
“Oooh pak Marson..oooh”, aku bukan lagi mendesis tetapi desahan mulai keluar dari bibirku. Rasa nikmat yang tercipta dari kocokan kontol Marson ditambai gesekan jarinya yang membelai anusku seperti racikan yang pas membuat aku lupa diri, dan membuatku tidak dapat membendung desahanku. Hebat sekali, rasanya aku mulai benar benar menikmati semua ini. Tubuhku terasa sangat geli, kenikmatan rasanya menyebar diseluruh tubuhku.
”Oooh ahhh”, aku semankin menggila desahanku bertambah keras saja. Marson bukan saja hanya membelai anusku dengan jarinya tetapi memasukkan satu jarinya ke anusku dan menusuk nusuk jarinya ke anusku. Refleks pantatku semakin kutungingin, tiap kali dia menarik kontolnya dia membalasnya dengan menusukkan jarinya ke anusku. Jujur saja terlintas dibenakku untuk melakukan anal sex dengan pak Marson, seperti yang dulu pernah kulakuan dengan pacarku. Marson semakin mengerang tak karuan, tidak kuhiraukan lagi apa yang dikatakan Marson, rasanya aku sudah mau orgasme.
“Saya mau keluar..ahh bu Dhea”, kudengar samar samar erangannya, namun tidak kupedulikan karena aku juga merasa sudah mau orgasme.“Ooh emmmh oooh”desahku lebih keras, kurapatkan tubuhku kedinding. Marson mengikuti tubuhku dan menekan keras keras kontolnya kedalam vaginaku, bahkan dia menusuk jarinya sampai amblas didalam anusku
“Ahhhh setaaan kau Marsooonnn”, lirihku panjang, aku orgasme, aku tidak dapat menahannya, sungguh luar biasa aku bisa orgasme ketika diperkosa. Kutelan air liurku menikmati sisa kenikmatan. Masih kurasakan penis Marson memenuhi liangku, tetapi tidak kurasakan lagi jari Marson di anusku. Kedua tangannya memegang pantatku dan memompa kontolnya dengan ganas.
“Oooh bu Dhea oooh”, tiba tiba Marson mengerang keras dan menekan tubuhku keras, aku kaget menyadari dia mau orgasme, tapi terlambat. Diringi erangannya, kontol Marson sudah menyemburkan sperma hangat menyiram rahimku. Berkali kali dia mengehentakkan penisnya dalam-dalam membuat tubuhku terdorong ke tembok.
“Ooooh emmmh”, entah kenapa aku ikut menikmati sensasi ketika Marson orgasme di liangku. Denyutan-denyutan kecil batang kontolnya terasa di dinding lubang vaginaku ketika cairan hangat spermanya berhamburan keluar menyirami lubangku.“Ahhh apa yang kulakukan? Marson orgasme di vaginaku”, pekikku dalam hati. Aku tersadar kembali, kurapatkan tubuhku kedinding dan menarik nafasku, aku teringat kalau aku memang sudah mau haid, aku hanya bisa berharap spermanya tidak membuahi telur dirahimku.
“Ahh bu Dhea emmh”, dia mencoba mencium pipiku tapi kudorong dengan mata melotot.Melihatku protes, dia segera merapikan pakaiannya tanpa membersihkan kontolnya yang masih dilumuri cairan vaginaku.“Cepat keluar pak”, kataku dengan suara lantang sambil merapikan posisi rokku. Marson tanpa berkata apa apa langsung keluar dan kukunci pintu toilet. Aku langsung membersihkan kemaluanku dari cairanku sendiri dan sperma Marson yang mengalir keluar,“Gila..banyak banget spermanya”, umpatku dalam hati.
Aku mengenakan celana dalam dan merapikan baju yang kukenakan. Aku mengendap endap keluar toilet dengan hati berdebar, takut ada orang yang mengetahui apa yang terjadi tadi di toilet. Suasana sekitar sekolah sepi, memang saat itu sudah hampir jam 4 sore. Dengan hati berdebar aku memasuki ruangan guru. Kulihat kepala sekolah dan 2 orang guru belum pulang mereka lagi sibuk dengan urusan masing masing.
Aku sedikit bernafas lega meski perasaan kotor masih ada dipikiranku. Dan sore itu aku pulang kerumah dengan perasaan yang tidak menentu antara malu, takjub dan takut. Demikianlah
yang saya alami ketika saya berada di sekolah. Sampai sekarang pun, saya masih harus melayani nafsu bejad dari sang cleaning service. Ini disebabkan saya diancam, apabila saya tidak menuruti, maka aib saya akan disebarkan. Lama kelamaan, saya sudah tidak betah dan akhirnya memilih untuk keluar dari sekolah tersebut. Tamat!
Sangkin nikmatnya masturbasi di toilet sekolah, aku sampai tidak menyadari kalau pintu toilet meski kututup tapi tidak kukunci. Aku semakin tidak peduli, yang kutahu aku harus memuaskan birahiku yang sedang terbakar. Kucoba menahan desahanku, meski terkadang terlepas juga desisan desisan kecil dari bibir tipisku.“Sshh..emhhh”
desisan kecil sesekali keluar dari bibir tipisku. Aku membayangkan bercinta dengan pak Roki, guru olah raga baru disekolah tempatku bekerja. Pak Roki sungguh tampan dan tubuhnya yang sangat kekar, tadi siang aku memperhatikannya yang sedang memberi petunjuk cara meregangkan otot kepada murid kelas 6 SD. Ototnya begitu keakar, belum lagi ada tonjolan yang menggelembung di antara pahanya.
Terus terbayang- bayang, aku jadi ga kuat lagi menahan birahiku sampai akhirnya berujung di toilet sekolah ini ketika jam pelajaran berakhir dan sekolah sudah sepi. Aku membayangkan bercinta dengan pak Roki di toilet ini. Dia memompa kontolnya yang besar di vaginaku dari arah belakang. Tubuhnya mendorong tubuhku sehingga aku terpaksa menahan tubuhku di tembok toilet dan sedikit menungging.
Aku mempraktekkannya seolah-olah semuanya nyata, satu tanganku bertopang di dinding dan yang lain membelai klitorisku dari depan.“Uuuh pak Roki”, desisku pelan. aku terus mengejar kenikmatan, keringatku mulai keluar dari atas keningku. Tidak lama aku merasa hampir tiba di ujung kenikmatan itu, namun tiba-tiba, “braaak”, pintu toilet tiba tiba terbuka.
“Bu Dhea”, kata orang yang berdiri di depan pintu toilet dengan mata yang tidak berkedip sedikitpun melihatku. Aku tersentak kaget,“Pak Marson ehhhh…”, kataku kaget ketika melihat pak Marson, cleaning service sekolah yang umurnya sekitar 40 tahun.
Sangkin kagetnya dan tidak tau berbuat apa aku jongkok merapatkan kakiku sangkin kagetnya. Namun tanganku masih berada diantara selangkanganku, aku begitu kaget sampai luapa menarik tanganku.
“Pak Marsoon keluar”, kataku dengan suara pelan. Wajahku pucat sangkin takut dan malunya. Kurang ajar benar dia, bukannya keluar tapi malah cepat-cepat masuk dan menutup pintu kamar toilet dan menguncinya.
“Ngapain pak… keluar,”perintahku dengan tetap berjongkok sambil merapikan rok ku ke bawah yang tadinya tersingkap sampai ke pinggul.“Bu Dhea”, kata Marson sambil mendekatiku dan mendekap tubuhku. Aku bertambah kaget, tapi aku tidak berani berteriak. Aku takut ada orang yang mengetahui kalau aku masturbasi di toilet sekolah.
“Jangaan pak”, kataku berusaha melepaskan dekapannya. Kugeser tubuhku untuk melepaskan diri dari dekapannya, Namun dia tetap mendekapku sampai aku menabrak dinding.“Jangan paak”, kataku takut, dia tidak mendengarkanku, bahkan dia mendekatkan wajahnya dan menciumi leherku,
“Jangaaan”, kataku lagi. Melihat Marson yang begitu beringas dengan nafas mendengus dengus menciumi leherku dan tangannya mulai meraba raba buah dadaku. Aku menyadari kalau aku terjebak. Aku berusaha melawan, dengan sekuat tenaga aku dorong tubuhnya, berhasil, dia terjatuh di lantai toilet. Aku langsung mengambil kesempatan, berdiri ke arah pintu, namun ketika aku mencoba membuka grendel pintu toilet. Tanganku tertahan oleh tangan Marson yang kekar.
“Lepaskan”, kataku. Namun Marson yang sudah kesetanan itu tidak mendengarkanku, dia malah memutar tangan kananku ke belakang tubuhku dengan paksa. Tangannya yang lain menahan tangan kiriku didinding. Aku terjebak, tenaganya kuat sekali, tubuhku seperti terkunci dan tidak bisa bergerak.
“Pak Marson jangan…sakit..lepaskan”, kataku memohon dengan suara memelas.“Bu Dhea… biarkan aku…”, katanya didekat telingaku, dengusan nafasnya sampai terasa menerpa telingaku.“Ahhh lepaskan”, aku memohon lagi begitu mengetahui tubuh kekarnya menekan tubuhku kedinding. Aku sangat takut, ketika merasa ada benda yang keras kenyal menabrak bokongku.“Ahh kontolnya udah tegang, dia akan memperkosaku”, jerit batinku Aku semakin memberontak berusaha melepaskan kuncian tangannya yang menahan kedua tanganku.
“Sebaiknya bu Dhea jangan berisik, nanti ada orang yag dengar, biarlah saya dipukuli orang tetapi saya akan cerita ke semua orang kalau ibu Dhea masturbasi di kamar mandi”, katanya mengancam. Aku mengurangi perlawananku, ancamannya begitu mengena. Apalagi di sekolah aku dikenal sebagai wanita anggun yang berkarisma.
Aku menghentikan perlawananku dan berpikir sejenak. Kesempatan itu tidak disia - siakannya, tangan kananku diletakkan keatas merapat didinding bersatu dengan tangan kiriku, dengan tangan kirinya dia menahan kedua tanganku.
“Jangan paak, kumohhhon jangaan”, aku memelas kepadanya.
Tapi sia-sia, tangan kanannya sudah bebas meraba raba buah dadaku. Dia memeras buah dadaku keras sekali. Ingin rasanya menangis tetapi aku takut malah ada yang dengar.“Aahh bu Dhea..toked bu Dhea gede banget emmhh”, kata-kata kotor yang memuji keindahan tubuhku keluar dari mulutnya.
Kurang puas meraba buah dadaku yang masih ditutupi kemeja, dia menarik kemejaku keatas melepaskan dari dalam rokku. Tangannya yang kasar mulai terasa meraba raba perutku,“Ammpuun pak lepaskan”, kucoba lagi memohon ketika dia mulai memeras buah dadaku.
“Emmh bu Dhea, gede banget toket bu Dhea”, katanya lagi dengan berbisik dari belakang. Dengusan nafasnya yang berderu menandakan dia sangat bernafsu. Dan aku bisa merasakan penisnya sudah sangat keras sekali menabrak nabrak pantatku. Ini semua menandakan dia benar benar sudah sangat ingin menyetubuhiku.
“Bu Dhea ijinkan saya ngentotin bu Dhea”, bisiknya pelan sambil menarik rokku keatas. Aku kaget mendengarnya, tetapi tenagaku tidak cukup kuat melepaskan kuncian tangannya.“Pak..jangan jangan kasihani aku”, kataku memelas. Sepertinya apapun yang kukatakan tidak dapat membendung nafsu setannya, sejenak tidak kurasakan tangan kanannya meraba raba tubuhku. Penasaran apa yang dilakukannya. aku menoleh ke belakang dan alangkah kagetnya..
“Oooh jangan pak”, aku panik ketika melihat ke belakang dia mengeluarkan kontolnya. Meski tidak begitu jelas aku bisa melihat penisnya yang besar dan hitam legam sudah keluar dari sarangnya.
Belum hilang rasa kagetku, Marson menekan tubuhku merapat kedinding. Aku merasakan benda kenyal dan keras mengesek dan menabrak pantatku.“Aduuh pantat bu Dhea montok banget”, katanya meremas remas pantatku. Aku terkaget, aku baru teringat jika ketika masturbasi tadi aku melepas celana dalamku dan celana dalamku masih tergantung di pintu toilet.
“Gawat neh”, pekikku dalam hati mengetahui bokongku tidak dibaluti kain sedikitpun. Pasti dia dengan mudah mencari sasaran tembaknya apa lagi vaginaku udah mengeluarkan cairan karena masturbasi tadi. Aku menjadi panik kembali, aku takut membayangkannya. Kucoba lagi memberontak, tapi tetap sia sia. Aku pasrah, rasanya tidak mungkin lepas. Kurasakan ada benda kenyal sedang menggesek gesek belahan vaginaku yang licin seperti mencari cari sasaran. Akhirnya benda itu berhenti tepat di mulut lubang vaginaku setelah mendapatkan sasaran tembak. Kontol Marson sudah berada tepat di depan mulut vaginaku, aku sungguh tidak berdaya.
“Pak Marson ampun pak”, kataku memohon lagi menyadari dalam hitungan detik kontolnya akan segera masuk kedalam tubuhku.
“Bu Dhea udah lama saya pengen giniin bu Dhea, bu Dhea seksi banget”, katanya, dan tiba tiba kurasakan kontolnya mulai masuk. Aku panik mencoba melawan dengan sisa sisa harapanku. Bukannya terlepas tapi malah karena gerakan tubuhku kontol itu malah terbenam masuk ke dalam lubang vaginaku,
“Aaaah tidaaak”, pekikku dalam hati ketika kurasakan kontolnya terasa terbenam memenuhi vaginaku. Aku menarik nafas, ingin rasanya menangis. Sungguh sial, vaginaku yang sudah basah ketika aku masturbasi tadi malah memudahkan batang itu masuk, tetapi kupikir itu lebih baik. Jika tidak mungkin vaginaku bisa lecet karena ada benda yang memaksa masuk, tapi berkat cairan yang sebelumnya memang udah membanjiri vaginaku membuat kontol Marson yang besar itu pun masuk perlahan menggesek dinding lubang vaginaku perlahan.
“Emmmh bu Dhea, vagina bu Dhea enak banget, ooohhh”, desahnya didekat telingaku ketika kontolnya dibenamkan sedalam dalam mungkin dan terasa menyentuh rahimku,“Ya ampuuun panjang banget kontol laki laki ini, ampuuun”, pekikku dalam hati. Aku berharap kontol itu udah mentok karena terasa sangat keras menabrak rahimku dan terasa sedikit perih, karena jujur aja belum pernah ada benda sebesar itu masuk ke vaginaku.
Ketika batangan itu amblas, aku terdiam, antara bingung, takut, takjub, nikmat dan kaget. Semuanya berkecamuk dikepalaku… aku benar benar terdiam, tidak bergerak.
Aku pasrah, tidak mengeluarkan sepatah katapun. Tidak kusangka khyalanku bercinta di toilet sekolah, dan disetubuhi dari belakang kesampean juga. Tetapi bedanya bukan dengan pak Roki dan aku tidak menginginkan ini terjadi. Tapi kenyataannya, laki laki yang sedang mendesah desah dibelakangku, yang sedang membenamkan batangannya di lubang surgaku yang berharga adalah pegawai kebersihan alias cleaning service di sekolah kami. Kenyataan yang harus kuterima, Marson sedang menikmati vaginaku, menikmati memompa penisnya keluar masuk di lubang kemaluanku.
“Oooh bu Dhea…ohhh enaknya”, desah Marson ga karuan berkali kali“Emmmh”, aku mendesis kecil, meski aku tidak suka tapi tiba-tiba aku merasakan rasa nikmat meski tersamar oleh rasa takutku. Marson terus mengocok kontolnya tanpa henti, begitu dalam melesak masuk di lubang vaginaku.
Kedua tanganku masih ditahan oleh tangannya yang kekar di dinding toilet.“Oooh ya ampppuuun kontolnya teraasa banget”, teriakku dalam hati. Ketika aku mulai tenang, aku menyadari kalau kontol Marson memang besar dan keras sekali. Gesekan dan tusukan kontolnya begitu mantap memenuhi lubang vaginaku. Terasa banget ada benda yang mengganjal selangkangku, mulai menebarkan rasa nikmat yang menjalar diseluruh tubuhku.
Diam diam aku mulai menikmati diperkosa pria ini, tiap kali dia menggerakkan batang kontolnya, darahku berdesir. Sungguh luar biasa nikmat yang kudapat. Ketika dia menancapkan penisnya kembali ke dalam liangku, aku mendesis pelan. Kucoba tidak mengeluarkan suara, aku terlalu sombong untuk mengakui kalau batangan itu sungguh memberikan kenikmatan padaku. Tetapi tetap saja desisan kecil keluar dari bibirku.
“Mmmh mmmmh”, desisku pelan.“Enakkan bu?”katanya tiba tiba. Ternyata dia mengetahui kalau aku mulai menikmati tusukan kontolnya. Aku terdiam malu, tidak berani berkomentar, kalau kubilang tidak atau memaki makinya. Dia pasti tahu aku bohong karena vaginaku sudah mengeluarkan banyak cairan yang menandakan aku juga terangsang dan menikmati enjotan kontolnya. Aku menundukkan kepalaku dan mencoba menghindari ciuman bibirnya yang mengecup pipi kananku.
“Tunggingin dikit bu Dhea”, katanya sambil menarik pantatku keatas.“Kurang ajaaar… berani beraninya dia malah menyuruhku menungging”, umpatku dalam hati. Tapi aku tidak punya pilihan selain menuntaskan birahinya secepat mungkin, dan berharap agar semuanya secepat mungkin berakhir.
Aku ikuti saja kemauannya dengan menunggingkan sedikit pantatku.“Emmh pantat bu Dhea memang montok banget, ga salah apa yang aku khayalin selama ini”, katanya sambil meremas remas bokongku gemas.
“Gila, ternyata aku sudah lama jadi fantasi laki laki ini”, pikirku dalam hati. Merasa posisiku sudah siap, sambil tangan kirinya menahan pinggulku, dia kembali menggerakkan kontolnya kembali.“Emmh pak pelan”, kataku ketika kurasakan penetrasi kontolnya terasa lebih dalam dari sebelumnya. Mungkin karena aku menunggingkan pantatku sehingga posisi vaginaku benar- benar bebas hambatan. Marson tidak memperlambat kocokannya, dia malah mempercepat, aku mulai mendesah-desah pelan masih menjaga sikapku,“Emmh emmmh”, desisku pelan merasakan gesekan batangannya di lubang vaginaku.
Melihat tubuhku yang terdorong dorong kedepan, Marson sepertinya sengaja melepaskan kedua tanganku sehingga aku dapat menahan tekanan tubuhnya, dengan kedua tanganku bertopang pada tembok.
“Emmmh gila seret banget”, erangnya. Kini kedua-tangannya meremas remas bokongku yang bulat padat sambil tidak berhenti mengocok kontolnya.“Ooh bu oooh”, Marson semakin keras mendesah, aku jadi takut kalau-kalau ada orang yang mendengar desahannya itu.
“Pak Marson..ja..jangan berisik pak..”, kataku memohon takut desahannya didengar orang.“I..i..iya bu emhh abis enak banget”, katanya pelan dengan nafas menderu. Kocokan kontolnya terasa semakin cepat. Kurang puas meremas-remas bokongku. Dia menguakkan belahan pantatku. dan kurasakan satu jarinya membelai anusku. Kontan aja aku menggeliat, pantatku bergoyang ke kanan ke kiri karena kegelian.
“Oooh pak Marson..oooh”, aku bukan lagi mendesis tetapi desahan mulai keluar dari bibirku. Rasa nikmat yang tercipta dari kocokan kontol Marson ditambai gesekan jarinya yang membelai anusku seperti racikan yang pas membuat aku lupa diri, dan membuatku tidak dapat membendung desahanku. Hebat sekali, rasanya aku mulai benar benar menikmati semua ini. Tubuhku terasa sangat geli, kenikmatan rasanya menyebar diseluruh tubuhku.
”Oooh ahhh”, aku semankin menggila desahanku bertambah keras saja. Marson bukan saja hanya membelai anusku dengan jarinya tetapi memasukkan satu jarinya ke anusku dan menusuk nusuk jarinya ke anusku. Refleks pantatku semakin kutungingin, tiap kali dia menarik kontolnya dia membalasnya dengan menusukkan jarinya ke anusku. Jujur saja terlintas dibenakku untuk melakukan anal sex dengan pak Marson, seperti yang dulu pernah kulakuan dengan pacarku. Marson semakin mengerang tak karuan, tidak kuhiraukan lagi apa yang dikatakan Marson, rasanya aku sudah mau orgasme.
“Saya mau keluar..ahh bu Dhea”, kudengar samar samar erangannya, namun tidak kupedulikan karena aku juga merasa sudah mau orgasme.“Ooh emmmh oooh”desahku lebih keras, kurapatkan tubuhku kedinding. Marson mengikuti tubuhku dan menekan keras keras kontolnya kedalam vaginaku, bahkan dia menusuk jarinya sampai amblas didalam anusku
“Ahhhh setaaan kau Marsooonnn”, lirihku panjang, aku orgasme, aku tidak dapat menahannya, sungguh luar biasa aku bisa orgasme ketika diperkosa. Kutelan air liurku menikmati sisa kenikmatan. Masih kurasakan penis Marson memenuhi liangku, tetapi tidak kurasakan lagi jari Marson di anusku. Kedua tangannya memegang pantatku dan memompa kontolnya dengan ganas.
“Oooh bu Dhea oooh”, tiba tiba Marson mengerang keras dan menekan tubuhku keras, aku kaget menyadari dia mau orgasme, tapi terlambat. Diringi erangannya, kontol Marson sudah menyemburkan sperma hangat menyiram rahimku. Berkali kali dia mengehentakkan penisnya dalam-dalam membuat tubuhku terdorong ke tembok.
“Ooooh emmmh”, entah kenapa aku ikut menikmati sensasi ketika Marson orgasme di liangku. Denyutan-denyutan kecil batang kontolnya terasa di dinding lubang vaginaku ketika cairan hangat spermanya berhamburan keluar menyirami lubangku.“Ahhh apa yang kulakukan? Marson orgasme di vaginaku”, pekikku dalam hati. Aku tersadar kembali, kurapatkan tubuhku kedinding dan menarik nafasku, aku teringat kalau aku memang sudah mau haid, aku hanya bisa berharap spermanya tidak membuahi telur dirahimku.
“Ahh bu Dhea emmh”, dia mencoba mencium pipiku tapi kudorong dengan mata melotot.Melihatku protes, dia segera merapikan pakaiannya tanpa membersihkan kontolnya yang masih dilumuri cairan vaginaku.“Cepat keluar pak”, kataku dengan suara lantang sambil merapikan posisi rokku. Marson tanpa berkata apa apa langsung keluar dan kukunci pintu toilet. Aku langsung membersihkan kemaluanku dari cairanku sendiri dan sperma Marson yang mengalir keluar,“Gila..banyak banget spermanya”, umpatku dalam hati.
Aku mengenakan celana dalam dan merapikan baju yang kukenakan. Aku mengendap endap keluar toilet dengan hati berdebar, takut ada orang yang mengetahui apa yang terjadi tadi di toilet. Suasana sekitar sekolah sepi, memang saat itu sudah hampir jam 4 sore. Dengan hati berdebar aku memasuki ruangan guru. Kulihat kepala sekolah dan 2 orang guru belum pulang mereka lagi sibuk dengan urusan masing masing.
Aku sedikit bernafas lega meski perasaan kotor masih ada dipikiranku. Dan sore itu aku pulang kerumah dengan perasaan yang tidak menentu antara malu, takjub dan takut. Demikianlah
yang saya alami ketika saya berada di sekolah. Sampai sekarang pun, saya masih harus melayani nafsu bejad dari sang cleaning service. Ini disebabkan saya diancam, apabila saya tidak menuruti, maka aib saya akan disebarkan. Lama kelamaan, saya sudah tidak betah dan akhirnya memilih untuk keluar dari sekolah tersebut. Tamat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar